Tak Terserap Pasar, Petani Buang Hasil Panen, Legislator Desak Pemerintah Lakukan Intervensi
Nusantarapedia.net, Jakarta — Para petani di Bener Meriah dan Aceh Tengah, membuang hasil pertanian berupa tomat ke tempat sampah karena sebagian hasil panen mereka tidak terserap/terjual oleh pasar memasuki panen raya. Total hasil panen raya itu mencapai 200 ton lebih.
Asosiasi Pedagang Sayur setempat menjelaskan para pedagang bingung mau menjual tomat itu kemana karena harga tomat di tingkat petani Bener Meriah dan Aceh Tengah yang merupakan sentra hortikultura hanya Rp1.000-Rp1.500 per kilogram atau mengalami penurunan dibandingkan bulan lalu yakni Rp2.500-Rp4.000 per kilogram. Tomat hasil pertanian pun banyak membusuk di gudang karena tidak terserap pasar.
Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan menyesalkan peristiwa tersebut dan meminta pemerintah melakukan intervensi.
“Miris sekali menyaksikan petani membuang hasil panen rayanya. Kami berharap pemerintah memberi perhatian dan melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi hal serupa terjadi lagi. Sebenarnya masalah seperti ini sering terjadi. Kita ketahui beberapa waktu lalu juga petani di Jawa merusak tanaman sawi-nya karena harga saat panen sangat anjlok. Kurangnya antisipasi dari pemerintah merugikan para petani,” kata Daniel dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/9/2022), dilansir dari dpr.go.
Untuk itu, Daniel berharap pemerintah dapat menemukan solusi yang tepat sehingga petani tidak terus merugi. Apalagi, kenaikan harga BBM bersubsidi, pupuk, hingga obat-obatan tanaman pangan memperberat beban hidup para petani di berbagai daerah. Daniel juga mendesak pemerintah mencari terobosan dan inovasi untuk memudahkan penyerapan hasil pertanian. Mengingat, ancaman krisis pangan global sudah di depan mata.
“Intervensi pemerintah pusat dan daerah dengan membangun gudang berpendingin dengan kapasitas di atas 200 ton sangat dibutuhkan para petani untuk menampung hasil pertanian seperti tomat dan produk hortikultura lainnya,” imbuhnya. Selain itu, Daniel mendorong Pemerintah pusat dan daerah untuk menarik investor yang mampu mendirikan pabrik pangan olahan berbahan tomat tak jauh dari kawasan itu. Akses untuk distribusi hasil pertanian dan ekosistem permodalan yang berkelanjutan dinilai juga perlu disiapkan bagi petani pangan.
“Edukasi pemanfaatan marketing berbasis digital mesti digalakkan agar para petani atau kelompok tani mampu memanfaatkan teknologi terkini dalam memasarkan hasil pertaniannya, tanpa harus menunggu para pedagang konvensional menyerap hasil pertanian di daerah tersebut,” urainya.
Di samping itu, Daniel juga meminta agar infrastruktur logistik hasil pertanian terus ditingkatkan guna memperlancar arus distribusi bahan pangan dari lokasi produsen ke konsumen di wilayah lain. Bahkan, menurutnya, keran pasar ekspor harus dibuka pemerintah pusat sehingga dapat meningkatkan penyerapan hasil panen petani tanaman pangan.
“Tantangan yang ada saat ini bisa menjadi peluang jika para petani atau kelompok tani mampu mengelolanya secara optimal, tentu saja dengan dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, kalangan akademis, pihak swasta, dan stakeholder terkait lain,” tutupnya.
Sebagai informasi, untuk harga tomat buah di Jakarta pada periode 22 September – 28 September 2022, berkisar di angka Rp.12.000 – 13.000. (dnA)
Sumber: dpr
Harga Komoditi di Jakarta, Hari Ini 28 September
Hari Ini 22 September Harga Sembako di Jakarta
Tren Pertumbuhan Ekonomi 2022 Terjaga, Setidaknya Bekal Menuju Ketidakpastian Global 2023
Bekal Suramnya Ekonomi Global 2023, Ekonomi Indonesia Optimis Tumbuh pada Kuartal II 2022
Mahfud MD Tanggapi Maraknya Dugaan Kasus Suap dan Korupsi yang Mendera Oknum Pejabat