Terang Bulan di Tengah Laut, “Nestapa” Bagi Nelayan Pemalang
Nusantarapedia.net | POTRET SOSIAL — Terang Bulan di Tengah Laut, “Nestapa” Bagi Nelayan Pemalang
Oleh : Ragil Surono
“Dengan adanya fenomena tersebut, praktis nelayan menganggur. Untuk itu kiranya, agar itu bukan menjadi sebuah “nestapa”, hendaknya — bagaimana pemerintah memberikan ganti rugi kepada nelayan dengan aneka kebijakan yang memihak, seperti; bagaimana bahan bakar nelayan tidak tersendat kuotanya, pun dengan harga yang murah. Juga, pemberian fasilitas (infrastruktur) kelautan yang modern, agar bagaimana caranya industri kelautan kerakyatan dapat membawa nelayan pada tingkat kesejahteraan yang layak, sepadan dengan resiko melaut dan modal yang dikeluarkan untuk biaya produksi.”
– adanya fenomena terang bulan di tengah laut, menyebabkan arus bawah laut menjadi besar, sehingga tidak banyak ikan yang bisa ditangkap, ditambah terangnya sinar bulan menyebabkan banyak ikan lari masuk ke bawah air menyelinap di terumbu-terumbu karang –
AKIBAT munculnya bulan penuh atau fenomena terang bulan yang disertai arus deras bawah laut, terjadi di perairan utara laut Jawa. Akibatnya, ratusan kapal nelayan di Pelabuhan Tanjungsari Pemalang ditambatkan tanpa aktifitas melaut.
Adanya kejadian fenomena alam terang bulan ini menyebabkan banyak nelayan berpikir dua kali untuk pergi melaut mencari ikan. Menurut Anto (45), salah seorang nelayan Tanjung Sari Pemalang menuturkan, jika untuk pergi melaut saat sekarang ini, banyak nelayan enggan melakukannya, karena jika dipaksakan berdampak kerugian bagi para nelayan alias hanya “kerja bakti” semata.
“Saya sudah 5 kali saat musim terang bulan pergi melaut, akan tetapi hanya dua kali berhasil bawa uang dari hasil tangkapan ikan yang dijual di pelelangan,” tutur Anto, pada Selasa (21/5/2024).
Lebih lanjut Anto menjelaskan, adanya fenomena terang bulan di tengah laut, menyebabkan arus bawah laut menjadi besar, sehingga tidak banyak ikan yang bisa ditangkap, ditambah terangnya sinar bulan menyebabkan banyak ikan lari masuk ke bawah air menyelinap di terumbu-terumbu karang.
“Untuk pergi melaut dengan menggunakan perahu ukuran sedang di perlukan modal bahan bakar dan perbekalan sekitar 2,5 juta, sementara hasil tangkapan ikan sedikit, harga lelangan juga murah sehingga kami merugi,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua DPC HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) Kabupaten Pemalang Abul Hasan membenarkan, jika sudah beberapa bulan ini, ratusan kapal nelayan terparkir di sepanjang muara Pelabuhan Tanjung Sari Pemalang,
“Lagi terang bulan, sehingga banyak nelayan tidak berangkat melaut,” katanya singkat.
Akibat banyaknya nelayan yang tidak pergi melaut, pedagang ikan di sekitar tempat pelelangan ikan (TPI) juga terdampak, pasokan ikan dari nelayan setempat sepi, jika ada ikan yang dijual oleh pedagang, kebanyakan kiriman dari pelabuhan kota Tegal, dimana kondisi ikan sudah tidak fresh karena diawetkan dengan menggunakan es batu.
Menurut penuturan beberapa nelayan Tanjung Sari, sudah hampir 6 bulan lamanya banyak kapal tidak berangkat melaut, kebanyakan para nelayan, untuk mengisi kekosongan waktu dengan mengerjakan perbaikan armada laut mereka yang perlu diperbaiki, sementara yang lain melakukan pekerjaan sampingan, sesuai dengan keahlian masing-masing.
Dengan adanya fenomena tersebut, praktis nelayan menganggur. Untuk itu kiranya, agar itu bukan menjadi sebuah “nestapa”, hendaknya — bagaimana pemerintah memberikan ganti rugi kepada nelayan dengan aneka kebijakan yang memihak, seperti; bagaimana bahan bakar nelayan tidak tersendat kuotanya, pun dengan harga yang murah. Juga, pemberian fasilitas (infrastruktur) kelautan yang modern, agar bagaimana caranya industri kelautan kerakyatan dapat membawa nelayan pada tingkat kesejahteraan yang layak, sepadan dengan resiko melaut dan modal yang dikeluarkan untuk biaya produksi.