Tersingkir dari Kota Tua, Pulang Kampung Ternak Domba

- Semenjak marak hadirnya ojek online dengan aplikasi, ojek konvensional kalah bersaing, terlebih ojek sepeda onthel -

25 November 2022, 23:35 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Pertanian — Tersingkir dari Kota Tua, Pulang Kampung Ternak Domba

“Diam-diam, penampilan Yoto yang sederhana dengan stigma buruk ‘angon wedus’ yang identik dengan kebodohan, ternyata salah. Buktinya, Yoto angon wedus berjumlah 90-an ekor, bila di rata-rata harga 2 jutaan, tanpa disadari, Yoto sedang membawa uang 180 juta, belum lagi ditambah kambing yang ada di kandang rumah. Wow!”

TERSINGKIRNYA ojek konvensional (pangkalan) di ibu kota Jakarta, membuat Yoto (60) warga Desa Penggarit RT.003/RW.004, Kecamatan Taman, Pemalang, Jawa Tengah, terpaksa pulang kampung. Yoto, kini memilih beternak kambing.

Ketika ditemui NPJ pada Jumat (25/11/2022), pria paruh baya menceritakan pengalaman hidupnya, sambil mengawasi puluhan kambing miliknya yang sedang merumput di kawasan embung Pudak Wangi Penggarit.

Yoto menuturkan, sudah 25 tahun lamanya bekerja sebagai tukang ojek sepeda onthel di kawasan Kota Tua Jakarta. Semenjak marak hadirnya ojek online dengan aplikasi, ojek konvensional kalah bersaing, terlebih ojek sepeda onthel.

Saya bekerja ngojek sepeda di kawasan Kota Tua Jakarta, sudah sekitar 25 tahun lamanya. Semenjak adanya ojek motor online pendapatan jadi berkurang,” kata Yoto.

Akhirnya, terpaksa dirinya pulang kampung karena penghasilan sudah sangat menurun. Kemudian Yoto mencoba peruntungan dengan berdagang pindang ikan presto.

Tadinya saya bisnis pindang ikan presto, tapi tenaga dan waktu buat memasak dan menjual ikan pindang sangat menyita waktu,” jelas Yoto.

Kemudian Yoto berfikir, usaha apa yang sekiranya cocok. Yoto tersadar, bahwa alam di desanya yang subur, air tersedia, rumput tumbuh dimana-mana, hingga Yoto menemukan ide untuk usaha ternak kambing.

Akhirnya saya memilih beternak kambing, karena saya lihat alam di Desa Penggarit masih banyak menyediakan pakan ternak kambing, seperti rumput dan dedaunan masih melimpah,” jelas Yoto.

Selanjutnya, Yoto membeli cempe (anak kambing) berjumlah 10. Yoto dengan tekun memelihara cempe dengan baik, dengan memperhatikan kesehatan cempe, mulai dari makannya hingga kebersihan kandangnya. Hingga dipastikan cempe tumbuh besar menjadi kambing dewasa dengan kondisi yang sehat dan kuat.

Yoto terus memelihara cempe menjadi kambing dewasa dan beranak pinak. Lama kelamaan, jumlah kambing miliknya menjadi puluhan hingga ratusan ekor kambing. Untuk jenis yang dipelihara adalah jenis kambing putih atau wedus gembel, karena kebanyakan warung sate menggunakan kambing jenis ini.

Yoto menjual kambingnya ketika berusia 4 bulan atau dalam masa usai menyusui. Orang Jawa mengatakan pedot susu.

Menurutnya, saat ini anak muda jarang yang minat untuk ternak kambing, karena gengsi. Kebanyakan bisnis ini ditekuni oleh para orang tua. Padahal kalau tahu hasilnya, cukup lumayan. Nilai dari kambing dewasa per ekornya senilai 1 hingga 4 juta. Misalnya mempunyai 10 ekor saja dengan harga rata-rata 2 jutaan, nilainya sudah 20 juta.

Ternak kambing itu pekerjaan orang tua, jarang anak muda minat, padahal ternak kambing hasilnya lumayan. Jika sewaktu-waktu ada kebutuhan besar, tinggal menjualnya tanpa kita harus ke toko seperti kita jual perhiasan emas. Di sini, para pedagang kambing maupun tukang sate akan ke sini sendiri untuk transaksi,” ungkapnya.

Di akhir obrolan, Yoto menjelaskan bahwa sistem ternak kambingnya dilakukan dengan “angon“. Yaitu kambing dilepas bebas untuk mencari makan sendiri di tempat-tempat yang terdapat banyak rumput sambil diawasi. Menurutnya, sistem angon dapat menghemat biaya pakan untuk membeli konsentrat, seperti bekatul maupun bran pollard.

Dengan demikian, usaha Yoto patut diacungi jempol, sekelas peternakan rakyat atau peternakan ekstensif, Yoto mampu mengelola ratusan kambing.

Diam-diam, penampilan Yoto yang sederhana dengan stigma buruk “angon wedus” yang identik dengan kebodohan, ternyata salah. Buktinya, Yoto angon wedus berjumlah 90-an ekor, bila di rata-rata harga 2 jutaan, tanpa disadari, Yoto sedang membawa uang 180 juta, belum lagi ditambah kambing yang ada di kandang rumah. Wow!

Terkait

Terkini