Tidak Enakan Itu Tidak Baik
Bagaimana menyenangkan dan membuat orang lain puas adalah sikap altruisme yang dibangun atas perasaan pekewuh (malu) dan tepa slira (toleransi)
Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud — Tidak Enakan Itu Tidak Baik
“Dari pekewuh ini akhirnya lahirlah perasaan tepa slira atau toleransi, yaitu membiarkan pihak lain melakukan sesuatu yang ia sendiri sebenarnya tidak menyukai apa yang dilakukan tersebut.”
NUSPEDIAN, pernah tidak kita melakukan sesuatu atau berinteraksi, terdorong rasa tidak enak pada seseorang atau kelompok? Pasti sangat tidak nyaman, ya? Ya, melakukan sesuatu dengan terpaksa itu hal yang tidak menyenangkan. Selain bukan organik datang dari kehendak sendiri, tentu pencapaiannya adalah sesuatu yang belum tentu menjadi pencapaian kita juga.
Namun, terkadang sadar tak sadar tetap saja ada banyak hal yang kita izinkan memasuki alam ego kita sehingga kita merelakan banyak idealisme patah demi terlihat baik, membaur, homogen di mata orang lain. Memang mengapa kalau berbeda?
Budaya tidak enakan ini ternyata sudah mengakar bahkan menjadi karakter terutama pada masyarakat Jawa. Bagaimana menyenangkan dan membuat orang lain puas adalah sikap altruisme yang dibangun atas perasaan pekewuh (malu) dan tepa slira (toleransi).
Pekewuh merupakan perasaan tidak enak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu kepada orang lain karena takut menyinggung, menyakiti atau memberi kesan kurang sopan dan tidak menyenangkan. Dari pekewuh ini akhirnya lahirlah perasaan tepa slira atau toleransi, yaitu membiarkan pihak lain melakukan sesuatu yang ia sendiri sebenarnya tidak menyukai apa yang dilakukan tersebut.
Dalam ranah sosial politik kita pasti mengenal istilah ‘asal bapak senang’. Istilah ini muncul dari perasaan-perasaan sungkan, tidak enakan kepada seseorang yang lebih senior. Akhirnya membiarkan pendirian dan idealisme tertukar demi sang pimpinan merasa senang.
Dalam beberapa hal perasaan tidak enakan memang baik. Meminimalisir konflik demi menjaga harmoni, namun efek negatifnya pun tak jauh banyak dan bisa berakibat fatal. Sikap tidak enakan bisa menutup kebenaran, bisa menjadi ladang seseorang yang superioritas untuk melakukan pelanggaran, mengebiri prinsip juga mengurangi keadilan.
Seseorang menjadi sungkan dan takut untuk membuka kebenaran atas aib dan kesalahan yang telah dilakukan oleh orang yang ia segani.
Ada perasaan tidak enakan untuk bicara kebenaran karena takut menyakiti atau menyinggung. Rasa tidak enakan tipikal ini tidak membangun kebaikan dalam lingkungan masyarakat, justru menyembunyikan sesuatu yang seharusnya diungkap agar tidak terjadi kejahatan lebih lanjut.
Tidak enakan untuk menegur seseorang yang telah melakukan hal yang menyimpang dari aturan. Tidak enakan pada tipe ini juga berakibat fatal jika membudaya. Akan ada kesalahan-kesalahan yang ditolerir oleh orang-orang tertentu karena sungkan menegur. Kesalahan-kesalahan ini yang akan menjadi kesalahan sistemik yang akan mempengaruhi jalannya sistem tersebut secara keseluruhan.