Tiket 2024 Sudah Di Kantong, Menanti Kembalinya Visi Misi Prabowo 2014 Menggaung di 2024 (1)

Sikap dari Gerindra dengan menyatakan koalisi bersama PKB dengan mengusung utamanya Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden 2024 di Rapimnas ini sebagai bukti bahwa Gerindra berani mengambil keputusan.

14 Agustus 2022, 01:31 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Polhukam, Opini — Tiket 2024 Sudah Di Kantong, Menanti Kembalinya Visi Misi Prabowo 2014 Menggaung di 2024

Akhirnya, terjawab sudah, Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra 2022 yang berlangsung di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, 12-13 Agustus 2022, dapat dibaca sebagai sebuah keputusan politik yang jelas bagi Gerindra, meski banyak menyisakan spekulasi bagi publik tentang bagaimana peta jalan menuju Pemilu 2024 benar-benar mantab dan “menang” dengan meminimalisir (sedikit) peta jalan yang terseok-seok.

Seperti kebanyakan yang dilakukan oleh partai politik lainnya, agenda seperti Rapimnas sebagai agenda resmi internal partai, pastinya “gebyar” dalam helatnya yang penuh retorika dan narasi-narasi normatif biasa digaungkan. Hal-hal seremoni penuh dengan narasi dan argumentasi umum tentang masa depan bangsa dan negara sudah menjadi pakem yang dilakukan oleh partai politik (parpol).

Tentu sangat membanggakan, begitu heroik, dan membangkitkan asa akan masa depan kehidupan Indonesia dalam tujuan yang “ideal-hebat-maju”, seolah mampu menjadi solusi atas ide-ide tersebut. Jualan visi-misi dengan narasi abstrak memanglah mudah diucapkan. Namun demikian, dari narasi yang demikian, bagaimana langkah secara teknis/konkrit akan terpraktik-kan dalam manuver-manuver politik, sumber daya partai, pergerakan, rekam jejak, dsb, menuju tujuan mengandung peta jalan yang logis.

Hal yang demikian, publik harus mampu membaca dengan detail, dari narasi umum terkonversi menjadi langkah-langkah strategis dan nyata, bahwa bekal etalase visi-misi tersebut memang linier dengan sumber daya yang dipunyai. Di punyai oleh partai politik secara organisasi maupun personal tokoh-tokohnya sebagai “jago” Presiden dan Wakil Presiden untuk Pilpres 2024 menampakkan potensi, seperti hal elektabilitas, popularitas maupun pada sisi elektoral secara keseluruhan, seperti target perolehan suara dan suara kursi di DPR RI.

Hal apa saja sebenarnya analisis tersebut menyangkut gelaran Rapimnas yang dilakukan oleh Gerindra. Tentu terdapati analisa dari berbagai sudut pandang. Banyak variabel yang dijadikan ukuran untuk mendapatkan kesimpulan bahwa kiprah Gerindra (bersama PKB) di Pemilu 2024 besar.

Secara sederhana Rapimnas tersebut telah menampakkan banyak poin-poin sebagai langkah-langkah menuju 2024. Seperti; Prabowo sebagai calon presiden dari Gerindra. Gerindra dan PKB sudah mengantongi tiket 2024 dengan terpenuhinya ambang batas presidential threshold 20% suara parpol. Lamat-lamat terbaca bahwa capres-cawapresnya adalah Prabowo dan Muhaimin Iskandar. Jawaban atas komunikasi politik keduanya selama ini bahwa “Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya” (KKIR) resmi. Hubungan Prabowo di pemerintahan, khususnya dengan Jokowi. Peluang parpol lain bergabung dengan koalisi KKIR, dan masih banyak lagi.

Rapimnas Sentul Bukti Konsistensi Gerindra

Dalam catatan penulis dalam artikel berjudul “Gerindra dan PKB Kian Mesra: Kuat-Lemah, Galau, Terkunci-Mengunci, Apa Begitu?”

Beranikah Prabowo-Cak Imin dan Tokoh lainnya bersama partai-partainya berinisiatif melakukan deklarasi dini capres-cawapres 2024. Kita tunggu saja!. (NPJ/4 Juli 2022).

Sebelumnya dalam tulisan warta berjudul “Prabowo – Cak Imin, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya”.

“Nasionalis-Religius, Religius Nasionalis,” ujar Prabowo Subianto. Cak Imin langsung merespon ucapan Prabowo tersebut, “Demi kebangkitan Indonesia Raya,” sahutnya. (NPJ/20 Juni 2022)

Dari rangkaian komunikasi yang dilakukan oleh Gerindra dan PKB atau sebaliknya, akhirnya koalisi keduanya terjawab sudah melalui Rapimnas Sentul ini.

Sikap dari Gerindra dengan menyatakan koalisi bersama PKB dengan mengusung utamanya Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden 2024 di Rapimnas ini sebagai bukti bahwa Gerindra berani mengambil keputusan. Berarti, Gerindra sudah mengukur perihal keputusan tersebut akan segala konsekuensinya atau plus minusnya.

Berawal dari kegalauan Gerindra/Prabowo atas presidential threshold yang tidak tercapai, dengan data Gerindra sejumlah suara;
• Jumlah suara: 17.596.839 (12,57 persen)
Status: Memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 78/575X100 = 13,56%

Dengan data tersebut membuat semua partai kecuali PDI-P yang sudah mengantongi tiket, harus pusing untuk mendapatkan tiket, dengan jalan satu-satunya harus berkoalisi.

Dengan kenyataan tersebut, harapan Gerindra diwaktu awal untuk berkoalisi dengan PDI-P adalah keniscayaan. Akan menjadi kekuatan besar bila duet keduanya berkoalisi dengan mengusung Prabowo Subianto-Puan Maharani. Akan tetapi, dinamikanya tidak semudah itu, mengingat PDI-P dengan sudah mengantongi tiket dengan tidak terburu-buru untuk membuat keputusan perihal koalisi dan capresnya.

Meskipun sudah mempunyai tiket, problem internal di PDI-P yang justru harus berupaya dengan seksama untuk pengusungan capres-cawapres. PDI-P nampaknya harus mengupayakan Puan Maharani sebagai garis Soekarno melanjutkan tahta kekuasaan, namun di situ ada nama Joko Widodo yang juga menjabat sebagai presiden dengan perannya membesarkan PDI-P dengan signifikan, juga nama Ganjar Pranowo yang terus mendulang popularitas dengan caranya, yang acap kali terjadi konfrontasi dengan internal PDI-P.

PDI-P dengan porosnya Megawati Soekarnoputri sang ketua umum, juga ada Joko Widodo dan Ganjar Pranowo, poros-poros tersebut yang sampai sekarang belum klir atas nama PDI-P dalam konteks pengusungan capres-cawapres.

Dengan analisa tersebut, bahwa belum dimungkinkan bahwa tiket Gerindra akan aman dengan PDI-P peluang berkoalisi, dan seolah Gerindra menghitung bahwa sementara tidak ada jaminan untuk itu. Sedangkan posisi Gerindra yang belum mengamankan tiket jelas khawatir bila di detik-detik akhir kecolongan dengan tidak mendapatkan koalisi. Sungguh sangat berisiko.

Begitu juga dengan PKB, yang sadar diri dengan potensinya tidak harus di pos calon presiden, tetapi dengan tetap menjaga nyala turut berdinamika di dalamnya dengan rangkaian manuver-manuver/komunikasi yang dilakukan oleh PKB, dalam hal ini sang ketua umum, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Bagi PKB, dibaca turut serta dalam barisan koalisi dengan “partai apapun”, asalkan mendapat jatah cawapres, merupakan hal yang linier dengan potensi partai.

PKB dengan data;
• Jumlah suara: 13.570.970 (9,69 persen)
• Status: Memenuhi ambang batas parlementary threshold dan tidak memenuhi ambang batas presidential threshold
• Jumlah kursi: 58/575X100 = 10,08%

PKB dengan kekuatan dikisaran 10 persen sudahlah pas bila komunikasi dengan Gerindra yang akhirnya berujung deklarasi pada Rapimnas Gerindra di Sentul adalah keuntungan buat PKB, juga simbiosis mutualisme keduanya. Tiket Pilpres turut dikantongi, hingga bargaining urusan penentuan capres-cawapres besar. Wajar saja bila disimpulkan Cak Imin sebagai cawapresnya, meski itu belum final. Seandainya nanti bukan cawapresnya pun posisinya memainkan peranan yang besar, hingga muaranya pada deal-deal tertentu untuk jangka parsial maupun panjang.

Hal tersebut sebagai antisipasi, ketika kemudian Gerindra dan PDI-P di last minute mengusung Prabowo-Puan, taruhlah.

Atas inisiatif Gerindra mengumumkan keseriusan berkoalisi dengan PKB di Rapimnas Sentul, adalah keputusan yang berani, tepat dan tegas. Meskipun dari road map kegalauan dan kekhawatiran tidak mendapatkan teman berkoalisi maupun tidak adanya titik temu dengan PDI-P. Karena urusan dengan PDI-P akan terselesaikan dengan mudah misalnya Puan berada di pos capres, dan Prabowo cawapres. Puan-Prabowo, jadinya! Namun semudah itukah untuk calon sekelas Prabowo, tentu tidak.

Poin bagi Prabowo dalam hal ini adalah, tiket terselamatkan (aman), sudah lega dan tenang dalam hal menuju Pilpres 2024. Perkara nanti mendapatkan “durian jatuh” dengan beberapa parpol dan tokoh yang akan bergabung ke dalam koalisi KKIR maupun koalisi baru lagi dengan komposisi berbeda, itu sambil berjalan.

Bila hal-hal yang berkaitan dengan elektabilitas, popularitas dan elektoral Gerindra-PKB, atau Cak Imin yang sering dihubungkan dengan minimnya dukungan dari warga nahdiyin, itu persoalan pengelolaan sambil berjalan untuk di intervensi dengan aneka pergerakan.

Poin lainnya bahwa, koalisi KKIR dalam Rapimnas ini bisa juga dimaknai bahwa, posisi Prabowo sebagai Menteri Pertahanan dan Cak Imin sebagai Wakil Ketua DPR bisa fokus untuk bekerja di pemerintahan dengan tidak terganggu konsentrasinya untuk mengamankan tiket. Perkara Gerindra dan PKB atau KKIR hingga tahun 2024 terus bergerak untuk Pemilu/Pilpres 2024 menuju kemenangan, itu sudah menjadi ranah organisasi sebagai hak. Tentu hal yang standar dilakukan umumnya parpol.

Hal tersebut bisa juga dilakukan oleh partai-partai lainnya untuk melakukan hal yang sama untuk mendeklarasikan koalisi maupun pengusungan capres-cawapres. Harapannya, agar tidak terjadi “keriuhan pergerakan politik” yang berdampak pada konsentrasi pada urusan pemerintahan, karena mayoritas parpol menempatkan kadernya di pemerintahan maupun di DPR.

(bersambung bagian 2)

Tiket 2024 Sudah Di Kantong, Menanti Kembalinya Visi Misi Prabowo 2014 Menggaung di 2024 (2)
Prabowo – Cak Imin, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya
Gerindra dan PKB Kian Mesra: Kuat-Lemah, Galau, Terkunci-Mengunci, Apa Begitu?
Gerindra Berharap Prabowo Menjadi Suksesor Jokowi, Projo Berikan Sinyal
Prediksi 4 Koalisi Menuju Pilpres 2024, Daftar Lengkap Hasil Pemilu 2019 Parpol Sebagai Dasar Perhitungan dan Strategi 2024 (1)
Hilirisasi dan Industrialisasi Dalam Negeri, Kunci Tambang Ekonomi ala Jokowi

Terkait

Terkini