Tip Menerima dan Memberi Kritik

Kita tidak bisa mengendalikan orang lain untuk bertingkah laku, berpemikiran sesuai keinginan kita. Namun, kita tetap bisa mengendalikan pikiran dan ego kita agar tetap bisa menerima sikap orang lain, sikap terburuk sekalipun.

3 Juli 2022, 12:39 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Kemanusiaan — Tip Menerima dan Memberi Kritik

“Memahami dan menanyakan secara mendalam kritikan yang disampaikan. Memposisikan si pengkritik sedang memberi pelajaran hidup buat kita. Berpikir positif kritiknya memang membangun.”

Entah berangkat dari bentuk kepedulian atau justru sebaliknya, yang jelas sebenarnya kritik itu secara obyektif sifatnya tetap membangun. Bagaimanapun kemasannya, disampaikan secara komunikatif dan elegan maupun dengan penuh nyinyiran. Kita tidak bisa mengendalikan orang lain untuk bertingkah laku, berpemikiran sesuai keinginan kita. Namun, kita tetap bisa mengendalikan pikiran dan ego kita agar tetap bisa menerima sikap orang lain, sikap terburuk sekalipun.

Termasuk sebuah kritikan. Seringnya orang tersinggung dan baper dengan kritik yang datang dari orang lain. Terlebih jika kritik itu datang dari rivalnya. Dampak yang terjadi terkadang bukan sebuah perbaikan diri namun justru sebaliknya, sikap malas dan terpuruk.

Di bawah ini beberapa tip menerima kritikan agar kritikan macam apapun bisa menjadi masukan yang membangun dan tidak mudah baper;

1) Bersikap tenang dan menyimak dengan baik isi kritiknya, juga tidak memperhatikan latar belakang si pengkritik. Cukup dengar dan ambil esensi dari kritikannya.
2) Memahami dan menanyakan secara mendalam kritikan yang disampaikan. Memposisikan si pengkritik sedang memberi pelajaran hidup buat kita. Berpikir positif kritiknya memang membangun.
3) Jika perlu, meminta solusi dan pertimbangan atas kritik yang disampaikan. Dengan begitu, si pengkritik merasa dihargai masukannya, bisa membangun iklim yang evaluatif dalam pertemanan.
4) Mengucapkan terima kasih. Berusaha membangun pikiran bahwa mereka yang memberi kritikan adalah orang-orang yang mau memberi tempat di hatinya untuk kita, sehingga kesalahan atau ketidak wajaran yang kita lakukan tak luput dari perhatiannya.
5) Mengambil pelajaran dari kritik yang disampaikan. Jika kritik dirasa baik dan membangun, ya, ubahlah apa perlu dirubah. Namun, Jika, kritik disampaikan dengan cara yang kurang baik dan terlalu menyinggung perasaan, lebih baik abaikan saja. Tanpa harus membuat konflik lebih lanjut.

Untuk si pengkritik sebaiknya;

1) Kritik yang disampaikan sebaiknya untuk memperbaiki pendapat atau perilaku seseorang dan bukan didasarkan atas kebencian terhadap orangnya.
2) Sertakan alasan dan bukti-bukti yang kuat serta meyakinkan sehingga orang itu menyadari kesalahannya.
3) Berbicaralah dengan efektif. Inti permasalahan harus bisa ditangkap dengan mudah oleh orang yang kita kritik.
4) Pilihlah kata-kata yang tidak menyinggung perasaan. Jadi, carilah kata-kata yang sopan dan bijaksana, tetapi tetap tidak mengurangi esensi kritiknya.

Kritik dapat berpengaruh pada mental dan jiwa seseorang, yang juga berpengaruh pada pikiran, semangat, dan masa depannya. Seperti dikutip dari laman klikdokter, di bawah ini pengaruh kritik terhadap mental seseorang;

1) Membuat kecil hati
Individu, dengan rentang usia 1 tahun hingga ia beranjak dewasa, biasanya menjadi salah satu objek kritikan favorit Orang tuanya. Umumnya, kritikan terhadap si individu akan disertai ancaman atau pemberian hukuman yang justru akan membuat individu Anda lebih suka menarik diri dan menjadi serba-rahasia, tak lagi terbuka terhadap Orang tuanya.

Banyak dari Anda yang tidak sadar bahwa kata-kata layaknya “Kenapa kamu keluar rumah sampai malam, kayak individu nggak bener,” dan “Kalau kamu bolos sekolah lagi, Ibu nggak bakal kasih kamu uang jajan seminggu,”, justru akan membuat individu takut untuk bercerita mengenai hal-hal dan penyebab ia berbuat seperti itu. Sikap yang seperti ini, justru akan menyulitkan Anda dalam mendidiknya lebih lanjut.

Kebanyakan Orang tua mengkritik tindakan individu hanya karena tindakan tersebut tidak sesuai dengan apa yang mereka anggap benar. Hal ini tidak baik, karena tanpa kritikan terus-menerus, sebetulnya seorang individu selalu ingin berkembang dan berbuat yang terbaik.

2) Tertekan
Berbeda dengan kepercayaan akan “kritik yang membangun”, dampak kritikan terhadap orang dewasa justru seringkali bersifat negatif. Sejatinya, hal ini tergantung pada si pemberi kritik sendiri, dan bagaimana caranya menyampaikan kritikan tersebut.

Kebanyakan kritikan dalam dunia orang dewasa disampaikan antara rekan kerja, atau di antara pasangan (laki-laki dan wanita). Dalam hal ini, sebagian besar pihak pemberi kritikan menerapkan cara yang salah dalam menyampaikannya, dan justru menunggu terlalu lama untuk menyampaikan kritik sehingga justru penyampaiannya dibarengi emosi sehingga membuat tertekan.

3) Menimbulkan perselisihan
Dalam sebuah artikel yang dimuat dalam Journal of Applied Psychology, dijelaskan bahwa sebuah eksperimen dilakukan untuk menguji dampak kritikan terhadap beberapa orang (sampel). Hasilnya menunjukkan bahwa cara penyampaian kritikan yang salah dari atasan kepada rekan kerjanya, justru menyebabkan konflik di tempat kerja, timbulnya ketidakpercayaan, dan perselisihan kekuasaan.

4) Mengurangi rasa semangat

Dalam studi lainnya, yang juga bertujuan untuk menguji reaksi orang terhadap kritik, ditemukan bahwa mereka yang menerima kritik keras justru menjadi tidak ingin bekerja lebih baik. Orang-orang ini justru cenderung ingin menghindari si pemberi kritik, dan menjadi malas untuk bekerja sama dengannya di kemudian hari. Hal ini terkait dengan kritik keras yang diberikan dengan cara yang salah dan hanya fokus pada kesalahan personal, sehingga orang yang dikritik justru menjadi lebih malas dalam melakukan pekerjaan mereka.

5) Terpacu menjadi lebih baik jika disampaikan dengan baik
Sebaliknya, terdapat dampak kritikan terhadap orang dewasa dalam jenis kritik yang berbeda. Kritik jenis ini, yang disampaikan tanpa emosi, dijelaskan secara spesifik dan tepat, serta menggunakan penuh perhatian, justru bisa membuat seseorang terpacu untuk bekerja lebih baik.

6) Menjadi cuek atau mengabaikan
Sebuah studi yang dilakukan oleh Binghamton University di New York, mengamati 87 individu dan Orang tuanya untuk mengetahui bagaimana reaksi individu saat mereka dikritik oleh Orang tuanya. Para Orang tua diminta untuk memberi kritikan pada individu selama lima menit. Kemudian, individu-individu diminta untuk menyebutkan emosi mana yang ia kenali dari ekspresi orang tuanya.

Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang terlalu sering mendapat kritikan pedas malah tidak begitu peka dalam menilai ekspresi wajah Orang tuanya. Fenomena ini disebut dengan bias perhatian, yaitu kecenderungan untuk memperhatikan beberapa hal sambil mengabaikan yang lain.

7) Semakin tidak peduli
Seorang ahli terapi di Port St. Lucie, Florida menjelaskan bahwa semakin banyak respon yang diterima amigdala bagian otak yang mengolah emosi terhadap ekspresi wajah, membuat seseorang semakin ingin mengabaikannya. “Orang tua bisa frustasi dan terus memberikan kritik karena individu menunjukkan bias perhatian”.

Sederhananya begini, tidak ada orang yang suka dikritik dan disalahkan. Apalagi dengan nada yang pedas dan wajah Orang tua yang galak. Begitu juga dengan individu-individu. Perasaan dikritik habis-habisan tentu sungguh tidak mengenakkan. Karena itu, individu-individu yang sering dikritik pedas oleh Orang tuanya secara tidak sadar malah mengabaikan kata-kata dan ekspresi marah Orang tuanya tersebut.

8) Memusatkan perhatian pada yang lain
Ini wajar dilakukan siapa saja, tak terkecuali individu-individu, dalam usaha mempertahankan diri dari rasa takut atau marah. Mereka lebih memilih untuk memusatkan perhatian pada hal lain, misalnya menunduk dan menatap kakinya sendiri. Dengan begitu, mereka tidak perlu merasakan betapa sakit dan malunya dikritik habis-habisan oleh Orang tua.

Jadi, semakin sering individu diberi kritikan, semakin besar kemungkinan ia tidak akan mendengarkan kritikan tersebut. Orang tua yang merasa diabaikan pun jadi makin pedas mengkritik dan memarahi individu.

9) Sulit mengenali emosi
Dalam jangka panjang, bias perhatian yang ditunjukkan individu ditambah dengan kritikan Orang tua yang berlebihan bisa membuat individu kesulitan untuk mengenali emosi dari ekspresi wajah orang lain. Ini karena mereka sudah terbiasa (secara tidak sengaja) untuk tak mengacuhkan emosi orang lain. Padahal, kemampuan untuk mengenali emosi sangat penting bagi individu untuk mengekspresikan emosinya sendiri dan juga untuk berkomunikasi dengan orang lain.

10) Terkena gangguan kecemasan
Selain perkembangan emosional yang terganggu, kesehatan mental individu juga bisa terganggu jika Orang tua terlalu kasar dalam mengkritik individu. Pola asuh individu seperti ini menurut Greg Hajcak Proudfit, psikolog di Stony Brook University mungkin saja membuat individu jera. Namun, bisa juga membuat individu terkena gangguan kecemasan.

Demikian Nuspedian, tip menerima dan memberi kritik. Silahkan untuk dicoba agar kita mampu menjadi pribadi yang kuat, berimbang dan obyektif dalam melihat ke luar dan ke dalam.

Kemunculan Kaum Halu, Antara Gangguan Jiwa dan Cari Sensasi
Bullying, Pengertian dan Dampaknya (1)
Perempuan, Sosok Penanggung Hutang
Mengenal Keterlambatan Bicara Pada Anak dan Cara Mengatasinya
Sanjungan Batu Sandungan
Masihkah Ada Jodoh untuk Abang Baso?
Tinjauan Kritis Beban Perempuan dengan Anak Penyandang Disabilitas
Mural, Kajian Semiotik dan Sosiologis

Terkait

Terkini