Titik Temu Bela Diri dan Kebatinan: Setia Hati yang Sejati

1 September 2024, 11:44 WIB

Nusantarapedia.net | OPINI, SOSBUD — Titik Temu Bela Diri dan Kebatinan: Setia Hati yang Sejati

Oleh : Alvian Fachrurrozi

– mengolah raga dan mengolah batin untuk mencapai keluhuran budi, guna mendapatkan kesempurnaan hidup lahir dan batin –

– sehebat dan sekeramat apapun jurus pencak silat SH, sesungguhnya hanyalah “media” mengajarkan ilmu kebatinan dengan bingkai seni beladiri dan simbol-simbol jurus pencak silat. Dan saya pikir, semua itu bisa jadi dengan maksud agar lebih menarik bagi jiwa-jiwa kanoman (muda), dan agar tidak terasa ajaran kasepuhan (tua) tersebut diajarkan –

“Tetapi meskipun demikian, olah lahiriah pencak silat dalam SH pun juga semestinya harus dipelajari dan dilatih dengan sungguh-sungguh. Karena bagaimanapun SH menganut prinsip ‘Gerak Lahir Luluh Oleh Gerak Batin, Gerak Batin Tercermin Oleh Gerak Lahir’ dan juga mewarisi falsafah dari Minangkabau yang berbunyi ‘Lahir Silat Mencari Kawan, Batin Silat Mencari Tuhan’

DALAM mengarungi hidup ini saya rasa tidaklah cukup jika kita sebatas mendasarkan diri pada disiplin ilmu yang hanya berorientasi pada “intelektualitas”, seperti yang kita dapatkan dari bangku sekolah dasar hingga jenjang perkuliahan. Dengan berderet gelar kesarjanaan akademik dan berbagai titel kecendekiawanan tanpa pernah menyelami ilmu batin dan kebatinan, rasa-rasanya juga belum utuh untuk menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia, atau setidaknya manusia yang belum komplit dalam memberdayakan segenap potensi kemanusiaannya. Sebab dimensi kecerdasan yang ada di dalam diri manusia itu tidak hanya terbatas pada dimensi kecerdasan intelektual (IQ) melainkan ada juga aspek dimensi kecerdasan batin (SQ).

Dari perenungan akan hal itulah saya sempat berfikir, saya sebagai pemuda yang dilahirkan di kawasan eks karesidenan Madiun Jawa Timur ini, mungkin adalah sebuah kerugian yang besar jika saya tidak berkesempatan nyantrik bab keilmuan Setia Hati di salah satu perguruan trah SH. Akan tetapi setelah saya renung-renungi kembali, ternyata toh sekalipun seseorang telah “sah” masuk menjadi “Saudara SH’’, tetapi jika sama sekali tidak memahami tujuan dan sasaran dari SH itu sendiri, saya rasa juga akan tetap menjadi orang yang merugi.

Sehingga tidak heran banyak yang masuk perguruan SH bukan malah menjadi pribadi yang suka laku batin, santun, dan ‘semanak’ pada masyarakat luas, tetapi alih-alih malah menjadi arogan dan ‘ita itu’ menonjolkan ke-aku-an, bahkan juga terhadap sesama saudara SH sendiri. Sasaran dan orientasi SH dari Eyang Suro yang bertujuan: “mengolah raga dan mengolah batin untuk mencapai keluhuran budi, guna mendapatkan kesempurnaan hidup lahir dan batin” itu, seakan visi misi yang sebegitu luhur itu, sama sekali tidak terimplementasi dalam diri orang-orang yang mengaku sebagai kadhang SH.

Terkait

Terkini