Tradisi Sebaran Apem Jatinom, Bermula dari Masa Kesultanan Mataram

Kue Gimbal, yang selanjutnya dinamakan Apem, berasal dari kata afwan:afuan:affuwun berasal dari bahasa arab yang artinya ampunan: pengampunan, atau permohonan maaf.

16 September 2022, 13:56 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sejarah — Tradisi Sebaran Apem Jatinom, Bermula dari Masa Kesultanan Mataram

“Sejarah tradisi “Sebaran Apem,” atau “Yaa Qowiyyu,” juga “Grebeg Saparan,” bermula dari masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Kesultanan Mataram yang bertahta dari tahun 1613 – 1645.”

MENDENGAR nama Ki Ageng Gribig, apa yang kita pikirkan? Secara umum, adalah seorang waliyullah di tanah Jawa yang menyebarkan agama Islam. Syiar dan dakwah yang dilakukan dibeberapa tempat, yaitu; kota Jatinom Klaten, Malang, Sleman, Cirebon dan kota lainnya.

Ki Ageng Gribig Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, semacam kedatuan yang mempunyai otoritas kekuasaan lokal untuk menyebarkan agama Islam, terutama dari poros pan-muslim pesisir utara Jawa. Kedatuan tersebut dengan status sebagai “faksi religius” yang sangat dihormati para raja, atau tempat memohon doa restu para raja, terutama urusan legitimasi. Para pembesar kerajaan memberikan otonomi khusus pada kedatuan seperti ini.

Ki Ageng Gribig Jatinom, Klaten, Jawa Tengah, saat ini bukan lagi sebagai kedatuan atau faksi religius, namun keberadaannya adalah kompleks makam Ki Ageng Gribig yang dimuliakan ketokohannya.

Ki Ageng Gribig pada awalnya berkedudukan di “Kedatuan Ngibig:Gribig atau Kedatuan Al Maghribi” selanjutnya menjadi nama Jati Enom:Jatinom.

Makam tersebut dilestarikan dan digunakan sebagai “living monument” atau monumen hidup budaya “nJatinoman” khususnya, dan masyarakat muslim Jawa yang melakukan ziarah kubur ke Jatinom setiap harinya, sebagai bagian dari spirit kehidupan masyarakat.

Sedangkan kota Jatinom adalah sebuah kota kuno yang dahulu diduga bernama Desa Ngibig atau Desa Gribig, sebuah kota kuno saat ini berstatus kecamatan eks-Kawedanan Jatinom di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Setidaknya, jejak Islam di Jatinom sudah ada sejak tahun 1450-an dalam kesatuan politik global Islam.

Artinya, Kedatuan Ki Ageng Gribig Jatinom sudah berdiri sejak politik global Islam yang pertama hingga puncak keemasan era perwalian dan matinya majelis dakwah perwalian Islam pada tahun 1419-1478 Masehi adalah masa Islam awal, kemudian memasuki masa kerajaan Demak dan Pajang tahun 1478-1600-an. Tahun 1600 dan seterusnya adalah masa Kesultanan Mataram, Kartasura, Mataram Anyar (Solo-Yogya), VOC hingga Hindia Belanda.

Sejarah tradisi “Sebaran Apem,” atau “Yaa Qowiyyu,” juga “Grebeg Saparan,” bermula dari masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma dari Kesultanan Mataram yang bertahta dari tahun 1613 – 1645.

Rangkaian perayaan tradisi “Grebeg Saparan” 2022 ini dihelat selama sepuluh hari, dari tanggal 8 – 16 September 2022. Puncak peringatan dengan tradisi “Sebaran Apem” jatuh pada Jumat (16/9/2022) siang, selepas salat Jumat, atau tanggal 19 Sapar Tahun 1956 Ehe, hari Jumat Kliwon dalam kalender Jawa Sultan Agung-an.

Terkait

Terkini