Umbul Besuki Wisata Alam, “Multichoice of Ponggok” (Seri ‘Klaten 1000 Mata Air’ – 0001)

Nusantarapedia.net | TOURISM — Umbul Besuki Wisata Alam, “Multichoice of Ponggok” (Seri ‘Klaten 1000 Mata Air’ – 0001)
Oleh : Ika NH
“Desa itu perlu hilirisasi, jangan salah, ya, hilirisasi itu tidak hanya sektor tambang atau ESDM saja. Justru, desa-desa itu perlu menerapkan hilirisasi desa sebagai maksud menggali potensi desa,” (Juned, Kades Ponggok)
“Target kita pada tahun 2027, Umbul Besuki akan menjadi destinasi yang optimal dan maksimal, yakni sebagai destinasi wisata alam (eco wisata) paling komplit di Desa Ponggok. Ragam kegiatan-aktifitas akan dipusatkan di sini dengan label ‘Multichoice of Ponggok’,” (Triyono, Ketua LUPMMD Umbul Besuki)
KABUPATEN Klaten terletak di tengahnya Kota Solo dan Yogya, dengan luas wilayahnya sebesar 655,56 km2, dengan jumlah penduduk 1.275.850 jiwa (BPS:2022).
Secara administratif terdiri dari 26 kecamatan, 10 kelurahan dan 391 desa.
Topografi dan geografi Klaten yang cenderung datar dengan tingkat kemiringan yang sedang di utara dan barat laut karena keberadaan Gunung Merapi, dan kemiringan di selatan dan tenggara karena bagian dari Pegunungan Seribu, menjadikan posisi Klaten berada pada cekungan. Berkahnya, dari tangkapan airnya menjadikan “panen air”. Akhirnya, banyak sumber mata air bermunculan sebagai akibat dampak geologi, saking banyaknya, Klaten dijuluki sebagai daerah/kota “Seribu Mata Air”.
Hal tersebut menjadikan kawasan Klaten lahir budaya bertani lengkap dengan tata kelola pengairan yang sudah ada sejak era kerajaan Medang Mataram, seperti lahan persawahan. Klaten pun menjadi surganya padi karena melimpahnya sumber air. Tanah yang subur berupa areal persawahan dalam status “sawah lestari”, menjadikan bagian penyangga pangan nasional dengan produksi padinya. Di beberapa kawasan dalam kategori daerah agropolitan – minapolitan.
Berdasarkan pemetaan kawasan dengan kekhasannya masing-masing, berpotensi menjadi daerah industri pertanian berbasis kerakyatan terintegrasi (integrated farming system). Karakteristik tersebut hampir seperti membentuk “budaya populer” yang justru mengelaborasi dalam kesatuan geliat sektor kepariwisataan. Seperti halnya, hadirnya wisata Umbul Ponggok di Desa Ponggok yang booming di kancah perdesaan nasional maupun global. Pelibatan segala sumber daya termasuk pelaku generasi milenial yang bertemu dengan cepatnya arus komunikasi menjadikan tren wisata air di Klaten sebagai barometer. Hal ini sebagai pembanding (Klaten) dengan daerah sekitarnya yang menggejala akan geliat “industrialisasi”.
