Untuk Sesuap Nasi dengan Mengamen, Si Kecil yang Sedang Sakit Dibawanya
Dengan terpaksa, keduanya membawa buah hatinya Muhammad Afani Akbar (1) berkeliling mencari nafkah dengan cara mengamen ke sejumlah pasar di Pemalang, Jawa Tengah

Nusantarapedia.net, Galeri | Potret Sosial — Untuk Sesuap Nasi dengan Mengamen, Si Kecil yang Sedang Sakit Dibawanya
TIDAK semua perjalanan mengarungi hidup berumah tangga pasangan dilewati dengan indah, penuh canda tawa, dalam situasi dan kondisi yang serba ada. Harta yang berlimpah, kebutuhan makan terpenuhi dengan gizi yang seimbang, biaya pendidikan anak-anak tidak terhantui lagi sampai jenjang perguruan tinggi, pun dengan jaminan kesehatan yang benar-benar gratis tanpa ribet sampai akhir hayat.
Yah, itu tadi sekedar hidup layak saja, atas jaminan kemakmuran dari Tuhan dan berkah atas negeri Indonesia yang kaya raya, yang mana umat di dalamnya berhak atas hak hidupnya.
Hal tersebut lengkap sudah canda tawa keluarga Indonesia bila bisa berkeliling Nusantara untuk piknik. Menikmati indahnya pulau Bali, Danau Toba, Raja Ampat, dan seribu tempat keindahan lainnya di Tanah Air. Nampaknya, harus terkubur dalam-dalam keinginan itu, lantaran tiket Borobudur saja naik ke atas sampai stupa “katanya” harus punya uang 750 ribu, terlebih dengar-dengar kawasan eksotis Indonesia sudah menjadi Badan Otorita demi “percepatan pembangunan,” ya, silahkan saja, kalau memang itu yang “terbaik” untuk kemakmuran rakyat.
Hadirnya anak-anak yang sehat dan lucu menggemaskan, sebagai pelengkap kebahagiaan pasangan suami-istri. Penuh asa dan kegembiraan dalam melakukan tugas hidup mencari penghidupan di atas tanah surga, ibarat tongkat dan batu jadi tanaman, bukan lautan hanya kolam susu.
Adalah Ari Sugiharto (52 tahun), suami dari Linda (28) sebagai gambaran potret kontradiktif keluarga Indonesia atas kemakmuran Nusantara. Semuanya itu hanyalah mimpi semata, mungkin tak hanya pasangan Ari dan Linda.
Dengan terpaksa, keduanya membawa buah hatinya Muhammad Afani Akbar (1) berkeliling mencari nafkah dengan cara mengamen ke sejumlah pasar di Pemalang, Jawa Tengah.
Ketiganya saat ditemui awak media, sehabis keliling ngamen di sebelah utara pasar Bojongbata pada Selasa (1/11/2022). Terlihat mereka bertiga duduk di bangku kecil pinggir sungai sambil makan bekal bawaannya.
“Monggo mas, sarapan telur puyuh,” sapa Ari membuka pembicaraan dengan awak media.
Dirinya bercerita, jika asalnya dari daerah Banjaran, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Setiap pagi antara pukul 06:00 WIB, mereka berangkat dengan menaiki angkutan umum jenis Elf dari rumahnya sampai terminal Tegal, kemudian pindah naik bis mikro kecil ukuran 3/4 untuk sampai ke pasar Bojongbata, Paduraksa dan Bantarbolang, Pemalang, Jawa Tengah. Dalam sehari biaya operasional ongkos pulang-pergi sekitar 40 ribu untuk biaya transportasi.
“Kami kepingin cari kontrakan yang murah di daerah Pemalang sini, untuk ngirit pengeluaran, karena kerja mengamen hasilnya tidak menentu,” sambungnya.


Di tengah obrolan, Ari dan istrinya Linda nampak sedih, karena anaknya yang masih bayi, badan dan kepalanya panas, sehingga menangis rewel.
“Ada apotik dimana ya mas? Tanya Ari kebingungan, dengan maksud mencarikan obat panas untuk anaknya.
Untungnya, ada orang baik warga sekitar yang mau membelikan obat penurun panas untuk anaknya. Tak lama kemudian setelah dibelikan obat penurun panas berupa obat kompres, anaknya pun sedikit reda turun panasnya.
“Kalau anak saya tinggal, trus ikut siapa mas di rumah?” Jawab Ari, ketika ditanya kenapa anaknya yang masih bayi diajak ikut mengamen.
“Orang lain cuma bisa ngomongin kami, dengan mengajak anak bayi saya untuk mengamen,” ujar Linda.
Mereka berdua sebenarnya tidak tega mengajak anaknya mengamen, karena sering sakit-sakitan, kurangnya istirahat pada anak bayinya sehingga gampang sakit. Tapi bagaimana lagi, semua itu dilakukan karena tidak ada pilihan lain.
Ari Sugiharto menuturkan, dalam sehari dirinya bersama istri dengan mengamen bisa mendapatkan uang antara 100 sampai 150 ribu kotor, belum dipotong untuk ongkos bolak-balik dan makan.
“Ya, alhamdulillah mas, sisa uang antara 40 sampai 60 ribu dalam sehari. Sebenarnya saya kepinginnya jualan tidak mengamen kaya’ gini mas, tapi bagaimana lagi,” ujarnya.


Ari dan istrinya dalam mengamen menggunakan sound system yang disewa dari temannya dengan biaya sewa perharinya 25 ribu rupiah.
“Sehari bayarnya 25 ribu, makanya terkadang, ya, cuman buat bayar sewa salon setelah buat makan mas,” ujar Ari sambil minta ijin naik bis mikro untuk melanjutkan ngamen ke pasar kota Pemalang. (RS)
Kamaria, Satu-satunya Wanita di Kota Mbay Berprofesi Driver Ojek
Kusworo Pejuang Lingkungan, Berkat “Barkas” Bisa Menghidupi Keluarganya
Busilan Penjual Daun Singkong, Kejatuhan Durian Runtuh
Hitam Legam Sehitam Arang
Di Sudut Keramaian, Wanita Pejuang Nafkah dengan Raut Wajah Lelah