Waduk Gajah Mungkur Wonogiri 2022, Para Pahlawan Pembangunan Dari Pengorbanan Untuk Kemaslahatan (1)
Waduk Gajah Mungkur untuk fungsi irigasi mampu mengairi sawah seluas 23.600 ha di daerah Kabupaten Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Kabupaten Sragen, juga untuk kebutuhan air baku PDAM kota Wonogiri.

Nusantarapedia.net, Wonogiri, Jawa Tengah — Waduk Gajah Mungkur Wonogiri 2022, Pengorbanan orang Wonogiri untuk kemaslahatan umum, pantas disematkan sebagai “Pahlawan Pembangunan.”
“Dibuat untuk membendung potensi air yang berasal dari hulu-hulu sungai Bengawan Solo dan potensi daerah tangkapan air. Pembangunan dimaksudkan untuk merekayasa lalu lintas air di sungai Bengawan Solo dan memanen potensi air untuk banyak keperluan dan pemanfaatan air, seperti fungsi irigasi, sumber air baku dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), serta obyek wisata.”
“Betapa kepedihan itu dirasakan, sungguh jasa dan pengorbanan yang tidak bisa diganti dengan materi, kalau pun itu didapatkannya belum tentu berkeadilan.”


Wonogiri adalah sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang terletak pada gugusan pegunungan seribu atau Gunung Sewu. Bentang alam karst-nya menjadikan Wonogiri sebagai tempat yang indah, lengkap dengan sejarah kepahlawanan Raden Mas Said Mangkunegaran, juga cerita-cerita mistis khas kebudayaan gunung Sewu.
Wonogiri dengan geografi alam yang berbukit-bukit, mengalir sungai-sungai dan jurang, dengan kawasan hutan yang luas khas bukit kapur, di dalamnya juga terdapat kawasan plateu, areal persawahan dan ladang. Di bagian selatan, berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Indonesia berada di jalur lempeng Indo-Australia dan cincin api (ring fire) berpotensi terjadi tumbukan antar lempeng yang mengakibatkan terjadinya peristiwa alami seperti gempa bumi dan pengangkatan lempeng tektonik, di samping potensi erupsi gunung berapi.
Proses pembentukan pegunungan seribu terjadi sekitar 4 juta tahun yang lalu. Disebabkan karena tumbukan lempeng Australia dan Eurasia, yang mana massa jenis lempeng Australia lebih berat. akibatnya menjadi berat sebelah, lempeng Eurasia menjadi terangkat ke permukaan. Proses ini disebut sebagai zona subduksi atau penunjaman. Penunjaman tersebut membuat pengangkatan perairan laut dangkal yang berciri terumbu karang, koral serta aneka batuan berada di atas, kemudian membentuk menjadi zona perbukitan Sewu. Pendek kata, Gunung Sewu (Wonogiri) merupakan laut dangkal yang terangkat.
Di wilayah perbatasan Wonogiri kota dan kecamatan Bulu Sukoharjo, Jawa Tengah, terdapat perbukitan yang dinamakan bukit atau gunung ‘Gajah Mungkur.’ Perbukitan tersebut terletak di sebelah barat waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Bentuk puncak bukit seperti bentuk punggung Gajah yang menyembul dari bawah (tanah). Berawal dari nama bukit ‘Gajah Mungkur’ tersebut kemudian menjadi nama waduk yang dibangun di Wonogiri sebagai ‘Waduk Gajah Mungkur.’






Waduk Gajah Mungkur Di Wonogiri
Waduk Gajah Mungkur terletak di selatan kota Wonogiri berjarak sekitar 6 kilometer. Merupakan perairan danau buatan yang konstruksinya mulai dibangun tahun 1976, mulai beroperasi tahun 1982.
Dibuat untuk membendung potensi air yang berasal dari hulu-hulu sungai Bengawan Solo dan potensi daerah tangkapan air. Pembangunan dimaksudkan untuk merekayasa lalu lintas air di sungai Bengawan Solo dan memanen potensi air untuk banyak keperluan dan pemanfaatan air, seperti fungsi irigasi, sumber air baku dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), serta obyek wisata.
Luas Daerah Tangkapan Air (DTA) waduk ini mencapai 1.350 km dengan pintu masuk air menuju waduk/bendungan melalui beberapa sungai besar, selain hulu sungai-sungai kecil, yaitu; Sungai Bengawan Solo, Sungai Kaduang, Tirtomoyo, Parangjoho, Temon, dan Sungai Posong.
Total luas genangan bendungan seluas 8.800 hektar yang berada di 7 kecamatan, yaitu; Kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko, dan Wuryantoro. Untuk lokasi bangunan bendungannya sendiri terletak di Desa Pokohkidul, Kecamatan Wonogiri.
Waduk ini termasuk ke dalam tipe bendungan
Rockfill Earth Dam, dengan tinggi 40 meter, panjang 830 meter. Dapat mengendalian banjir (flood control) sungai Bengawan Solo, dari 4000 m3/detik menjadi 400 m3/detik, sesuai kapasitas maksimum alur sungai di hilir bendungan.
Waduk Gajah Mungkur untuk fungsi irigasi mampu mengairi sawah seluas 23.600 ha di daerah Kabupaten Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Kabupaten Sragen, juga untuk kebutuhan air baku PDAM kota Wonogiri.
Untuk fungsi pembangkit listrik tenaga air (PLTA), menghasilkan listrik sebesar 12,4 MegaWatt, yang dikelola oleh perusahaan listrik negara (PLN) melalui PT. Indonesia Power unit Mrica, anak perusahaan PLN.
Waduk ini juga difungsikan untuk obyek wisata, perikanan dan penumbuhan ekonomi rakyat dalam kesatuan yang terintegrasi dalam kawasan kota dengan obyek waduk, dengan multiplier effect yang ditimbulkan.
Landasan dari pembangunan waduk ini mulanya sebagai pengendali banjir di Sungai Bengawan Solo. Hal tersebut sudah diinisiasi sejak tahun 1964. Untuk rencana induk pembangun dirumuskan pada tahun 1972-1974 dengan bantuan konsultan dari Overseas Technical Cooperation of Jepang.
Tahun 1976, dimulainya pembangunan dan selesai tahun 1981, atau selama enam tahun pembangunan beserta tahap persiapan dan kesiapan untuk operasional tahun 1982. Waduk Gajah Mungkur diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1981.
Proyek besar ini melibatkan sedikitnya 35 ahli konsultan bendungan dari perusahaan Nippon Koei Co Ltd Jepang. Pengerjaannya dilakukan dengan sistem swakelola dengan jumlah pekerja sebanyak 2.500 pekerja.
Uniknya, bila musim kemarau tiba, dasar dari waduk terlihat karena jumlah debit air yang kecil. Beberapa bekas sisa-sisa kehidupan nampak muncul di permukaan, seperti batu nisan (makam), sumur, pondasi rumah, jembatan, jalan, dlsb. Oleh masyarakat setempat, saat musim kemarau di pinggir-pinggir waduk digunakan untuk bercocok tanam.


Foto: ©2022/Npj/lipsus
(bersambung bagian 2)
Pengorbanan Untuk Kemaslahatan
Waduk Gajah Mungkur Wonogiri 2022, Para Pahlawan Pembangunan Dari Pengorbanan Untuk Kemaslahatan (2)
Bengawan Solo, Melintas Area dan Lini Masa (1)
Bengawan Solo, Melintas Area dan Lini Masa (2)
Sejarah Wonogiri, Jejak Perlawanan Raden Mas Said
Gentan Geopark Village, Satu Tujuan Lima Destinasi (1)
Kronik Kali Opak, dalam Romantisme, Manajemen Air dan Gempa (1)
Simpang PB VI Selo, Patung Pakubuwono VI Simbol Perjuangan Melawan Belanda
Pesanggrahan Pracimoharjo Paras Boyolali, Miniatur Keraton Surakarta
Spirit Menjaga Trah, di Tengah Hasrat Individualistik
Obyektifikasi Perempuan dalam Heroisitas Aksi 11 April
Pembangunanisme, Rumah Berlindung Pemekaran Daerah (1)
Anggaran Pemilu 2024 Rp.76 Triliun