Wanita Berparas Indo-Eropa Jadi Pawang Kuda Lumping

Nusantarapedia.net, Pemalang, Jawa Tengah — Siapa bilang kesenian tradisional para pemainnya berwajah ndesa? Katrok? Di Pemalang-Jawa Tengah, ada pawang atau dalang kuda lumping berwajah cantik seperti wanita indo-eropa.
Kesenian kuda lumping juga disebut jaran ebeg, adalah seni pertunjukan yang tumbuh hampir di seluruh wilayah Jawa, terutama bagian tengah dan timur. Keberadaannya kini hampir dilupakan oleh generasi sekarang, karena begitu derasnya budaya luar dan modern, yang bergenre (corak) modern, sehingga kesenian tradisional seperti kuda lumping ini semakin terpinggirkan.
Shely (33) wanita berdarah seniman ini berparas cantik, bak wanita peranakan Indo-Eropa, adalah warga Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, tergerak untuk membangkitkan kembali kesenian jaran ebeg atau kuda lumping yang pernah menjadi tontonan favorit dikalangan masyarakat jawa pada masa lalu.
Ditemui NPJ di Pemalang, pada saat pementasan kolosal seni sintren dan kuda lumping dalam rangka memeriahkan hari jadi kota Pemalang (HUT) yang ke-448 (24 Januari 1575). Berlangsung di Alun-alun kota berjuluk “pusere jawa” (Pemalang), Sabtu, (21/1/2023) sore.


Shely sebagai ketua grup sekaligus dalang atau pawang seni kuda lumping “Turonggo Dewi Sinta”. Dirinya menyukai seni jaran ebeg dan tahu ilmu “kebatinan”, sehingga mampu menjadi seorang pawang jaran ebeg ketika para pemain sedang trance kemasukan makhluk gaib.
“Saya suka ebeg, dari dulu, sedikit tahu tentang kebatinan, lalu saya terjun di lapangan sebagai pawang,” tutur Shely.
Lebih jauh dirinya mengatakan, banyak penari jaran ebeg wanita, sehingga ketika para penari wanita kesurupan (trance), bisa diobati oleh pawang wanita.
“Saya hanya ingin mempunyai wadah kesenian kuda lumping yang baik, dengan mempunyai satu grup kuda lumping, supaya anak-anak penari ebeg wanita, ketika kesurupan saat memainkan kuda lumping, tidak diobati oleh pawang laki-laki, biar terlihat ada harga dirinya,” jelasnya.
Menurut Shely, banyak masyarakat atau para orang tua melarang anak-anaknya untuk bermain kuda lumping menjadi penari wanita, karena ketika kesurupan yang mengobati pawang laki laki, untuk itu dirinya merasa terpanggil dengan kemampuan ilmu kebatinan yang di miliknya.
“Cukup pemain wanita diobati oleh pawang wanita, saya terjun ke lapangan dalam banyak pementasan. Kebanyakan pusat kesenian ini berada di Pemalang selatan,” kata Shely.
Lanjutnya, saat ini anggota grup kuda lumpingnya “Turonggo Dewi Sinta”, terdiri dari 10 pewayang (penari) wanita, satu barongan dan satu celengan, serta satu asisten pawang (dalang).





Shely, pawang cantik kuda lumping yang bermarkas di daerah Belik, Kabupaten Pemalang ini berharap, kesenian tradisional kuda lumping bisa menjadi kesenian tuan rumah di daerahnya sendiri, tentunya dirinya berharap pemerintah daerah kabupaten Pemalang lebih memperhatikan lagi akan keberadaan seni budaya, yang ternyata masih banyak diminati masyarakat kota Pemalang.
“Semoga pemerintah Pemalang memberikan perhatian kepada seni tradisional di Pemalang, seperti seni jaran ebeg ini, agar lestari keberadaannya,” tutupnya. (Ragil74)
Terciduk! Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Tengah Nyawer
Sejarah yang Masih Perlu Digali (Jelang Hari Jadi Kota Pemalang ke-448)
Geger! Benda Pusaka Berusia 700 Tahun Tiba-tiba Muncul
Tolak! Jabatan Kades Skema 9X2 Bukan Pula 6X3, Dorong Revisi UU Desa 5X2
Tolak! Revisi UU Desa Perpanjangan Jabatan 9 Tahun, Bila Revisi Sekalian “UU Pemerintahan Desa”