Waspadai Teman Toxic!
Pelaku toxic ini juga gemar sekali playing victim, memanipulasi seolah dialah korban dalam suatu masalah. Padahal sebenarnya dialah penyebab munculnya masalah tersebut.

Nusantarapedia.net, Jurnal | Kemanusiaan — Waspadai Teman Toxic!
“Hal yang cukup sering terjadi yaitu mereka menggunakan curhatan atau masalahmu sebagai topik untuk ditertawakan. Meskipun konteksnya tidak serius alias bercanda namun tidak jarang hal seperti ini dapat menjadi bumerang.”
Hal paling menyenangkan dari masa anak-anak hingga dewasa adalah memiliki teman atau sahabat yang banyak. Selain tidak kesepian, teman juga orang yang bisa kita ajak untuk berbagi kesenangan, kesedihan juga pekerjaan. Banyak teman akan memudahkan kita mengakses banyak hal. Sebagai makhluk sosial, manusia sangat membutuhkan teman.
Menurut Harry Stack Sullivan, Psikiatri interpersonal, Menjalin hubungan pertemanan merupakan hal yang baik untuk fisik dan mental. Hubungan pertemanan memberikan pengalaman dan bermanfaat untuk perkembangan kematangan emosi.
Memiliki sahabat atau teman juga sangat penting bagi kesehatan dan kebahagiaan kita. Menurut Sri Juwita Kusumawardhani M.Psi., Psikolog dari psikolog klinis dewasa Tiga Generasi, orang yang tidak memiliki sahabat atau teman dekat yang bisa menjadi support system dalam hidupnya bisa mengalami serangan panik, kecanduan pornografi hingga mengalami sakit secara fisik. Membangun hubungan persahabatan itu seperti investasi.
Menurutnya, orang yang cenderung memendam perasaan bisa mengakibatkan stress. Terlebih mereka yang diusia 20an dan 30an serta belum memiliki pasangan, mereka cenderung memendam permasalahan mereka sendiri. Untuk itu sangat disarankan memiliki hubungan pertemanan yang luas.

Mengutip parapuan.com yang dilansir dari Very Well Mind, berikut ini dampak kesehatan mental bagi orang yang tidak memiliki teman. Simak, ya!
1) Kurangnya rasa memiliki
Hendaknya dipahami bahwa orang yang tidak mempunyai teman itu biasanya mengalami kurangnya rasa memiliki.
Mereka tidak punya rasa memiliki sebab memang tidak ada teman dalam hidupnya yang perlu dijaga dan dipertahankan.
Sebaliknya, orang yang memiliki teman biasanya akan mempertahankan persahabatan sehingga memberi rasa memiliki. Tak hanya itu saja, memiliki teman juga membantu seseorang dalam mengelola stress.
2) Kesepian
Selain kurangnya rasa memiliki, orang yang tidak mempunyai teman akan cenderung kesepian.
Pasalnya, rasa kebersamaan dan dukungan yang sering ditemukan dalam persahabatan dekat ini dapat membantu orang mengatasi tantangan dengan lebih baik.
Sebaliknya, kurangnya dukungan sosial mungkin dirasakan oleh seseorang yang tidak memiliki persahabatan yang berarti. Alhasil mereka pun merasa kesepian dan asing.
3) Masalah kesehatan mental
Kesepian dan terisolasi merupakan faktor risiko yang signifikan untuk berbagai gangguan kesehatan mental.
Masalah kesehatan mental ini sangat mungkin terjadi pada seseorang yang tidak memiliki teman sebab ia memang hanya seorang diri.
Padahal, harus diketahui bahwa manusia itu makhluk sosial yang menginginkan dan membutuhkan ikatan erat serta bermakna dengan orang lain. Maka dari itu, seseorang butuh orang lain seperti teman dalam hidupnya.


Namun, dalam pertemanan, juga sangat perlu diwaspadai tipe teman-teman yang toxic. Dilansir dari laman gramedia.com, siapa saja teman toxic itu?
1) Teman yang Merendahkanmu
Pernahkan kamu meminta saran pada teman namun yang kamu dapatkan justru penghakiman? Atau mungkin curhatan kamu justru dijadikan bahan bercandaan dengan kawan lainnya.
Hal yang cukup sering terjadi yaitu mereka menggunakan curhatan atau masalahmu sebagai topik untuk ditertawakan. Meskipun konteksnya tidak serius alias bercanda namun tidak jarang hal seperti ini dapat menjadi bumerang.
Kamu yang awalnya berharap mendapatkan solusi pun justru merasa semakin rendah akibat bercandaan pelaku toxic tersebut.
2) Menyebarkan Gosip
Baik perempuan maupun lelaki, teman-teman toxic ini pasti gemar sekali bergosip sana sini. Mereka mungkin tidak peduli bahwa kabar burung yang mereka ceritakan itu nyata atau tidak, mereka juga tidak akan repot-repot memikirkan perasaan orang yang sedang digosipkan.
Jika dalam satu atau dua kali tempo, bergosip tentang suatu masalah mungkin itu hal yang biasa, namun ketika gosip mulai terasa tidak masuk akal kamu perlu curiga. Bisa jadi temanmu itu memang hobi berceloteh tanpa memikirkan efeknya.
3) Membuatmu Tidak Nyaman bahkan Ketakutan
Jika kamu pernah merasa tidak nyaman bahkan ketakutan akan kehadiran teman-temanmu, bisa jadi mereka juga termasuk toxic people yang ada disekitarmu. Membayangkan kehadirannya saja kamu mungkin sudah buru-buru ingin kabur dan enggan bertemu.
Hal ini bisa terjadi apabila kamu pernah mendapatkan pengalaman buruk dengan mereka, atau perilaku mereka sering membuatmu tidak nyaman. Misalnya seperti mengganggu kamu setiap kali kalian bersama, memberi tekanan-tekanan mental terhadap orang lain, serta melakukan perbuatan yang merugikan.
4) Tidak Tulus
Temanmu sudah meminta maaf, tapi terasa tidak ikhlas saat mengucapkannya? Sebagai manusia yang perasa kamu pasti bisa membedakan mana ungkapan yang tulus dari hati dan mana yang tidak.
Salah satu contoh teman yang toxic ini mereka seringkali mengucapkan ungkapan yang tidak tulus. Seperti meminta maaf yang tidak tulus, memaafkan dengan nada malas atau justru sengaja merendah untuk ditinggikan.
Contohnya, “Wah aku belum sempat belajar, nilaiku pasti tidak sebagus kamu.” padahal kenyataannya dia mendapatkan nilai yang hampir sempurna.
Seolah-olah membuatmu menyadari bahwa kamu yang telah belajar giat saja tidak bisa mendapat nilai lebih tinggi darinya, yang tidak belajar saat itu.
5) Menyakiti Perasaan
Teman-temanmu yang toxic juga akan memiliki ribuan cara untuk membuatmu sadar bahwa dirinya lebih baik. Sering kali cara-cara mereka juga menyinggung perasaanmu atau lawan bicaranya.
Tentu mereka sadar ketika melakukannya, namun mereka tidak mau tahu seperti apa efek dari perkataannya. Bahkan ketika itu dapat melukai perasaan seseorang.
6) Suka Membandingkan
Suka membanding-bandingkan teman satu dengan teman yang lainnya juga merupakan salah satu sifat toxic. Toxic friend bisa saja membandingkan dirinya lebih baik dari pada kamu, atau membandingkan kamu seolah lebih baik daripada kawan lain. Padahal semua ucapannya itu tidak tulus dan semata-mata hanya untuk mendapatkan perhatianmu saja.
7) Mengutamakan Diri Sendiri
Teman yang toxic ini juga paling peduli dengan dirinya sendiri melebihi apapun. Mereka mampu membuatmu atau kawan lainnya seolah tidak lebih baik. Mereka juga tidak akan berpikir panjang untuk melakukan sesuatu demi keuntungannya sendiri tanpa memikirkan efeknya pada orang lain.
Misalnya, para toxic friend ini akan mengambil keuntungan dengan cara apapun supaya karirnya baik. Bahkan dalam dunia kerja teman yang memiliki sifat toxic tidak akan segan-segan ‘menyikut’ kamu demi mendapatkan posisi yang dia inginkan. Tidak peduli seperti apa imbasnya untukmu.
8) Manipulatif
Seseorang yang toxic bisa menjadi amat manipulatif jika mereka menginginkan sesuatu. Mereka mampu mengungkapkan fitnah, memutarbalikkan fakta, serta memanipulasi keadaan.
Beberapa contoh manipulatifnya yakni, demi mendapatkan perhatian teman dia mampu mengatakan bahwa kamu lebih baik dari pada teman lain ketika berada di hadapanmu tapi berkata sebaliknya ketika tidak bersamamu.
Pelaku toxic ini juga gemar sekali playing victim, memanipulasi seolah dialah korban dalam suatu masalah. Padahal sebenarnya dialah penyebab munculnya masalah tersebut. Orang seperti ini juga pandai menggiring opini publik dan menempatkanmu dalam posisi yang salah.
Seorang teman seharusnya menjadi tempat yang paling nyaman dan membuat kbisa menjadi diri sendiri, pertemanan yang sehat adalah mereka yang selalu memberikan pengaruh baik dan selalu mendukung kita. disaat sedang bahagia maupun sedih. Serta akan senantiasa membuat kita produktif dalam karya-karya.
Tips Menerima dan Memberi Kritik
Bumil Ngidam, Haruskah Dituruti?
Pergeseran Fungsi Teknologi Digital untuk Misi Kemanusiaan
Mengomel Itu Menyehatkan Mental, Lho!
Ternyata, Marah Tidak Sama dengan Emosi, Lho!
Zinidin Zidan, Kena Mental dan Dramaturgi