Wayang Pandawa Lima dan Punakawan Versi Islam
- karena dianggap sebagai sumber pengkultusan, maka wayang digambar/dengan rupa yang tidak natural, termasuk dengan digambar miring. Hal ini pengaruh dari ajaran Islam -
Nusantarapedia.net, Jurnal | Sosbud — Wayang Pandawa Lima dan Punakawan Versi Islam
NUSPEDIAN, untuk Anda pecinta kesenian tradisional, tentunya tidak asing dengan wayang, ya? Wayang adalah seni pertunjukan tradisional asli Indonesia yang berasal dan berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. (Wikipedia)
Di Indonesia khususnya di Jawa terdapat banyak jenis wayang berdasarkan materialnya dan bentuk pertunjukannya, seperti wayang kulit, wayang golek, wayang tengul, wayang suket, dsb, bahkan wayang wong, wayang yang diperankan oleh orang.
Pastinya, di antara kalian pernah ada yang menonton pertunjukan wayang, ya. Tentu bagi yang suka akan merasa senang menghabiskan malam dengan menyaksikan pertunjukan wayang. Pada umumnya pertunjukan wayang itu selama ‘sewengi bethetet’ (semalam suntuk) tanpa jeda.
Ada juga pepatah Jawa yang mengatakan, “Menungso kui mung wayang sing dilakokake dalang, jenenge wayang mesti manut opo sing dititahke dalang.” Artinya, sebagai manusia kita harus mengikuti perintah Tuhan, segala sesuatunya sudah diatur oleh Tuhan.
Adapun hukum Islam terkait objek wayang itu sendiri dalam islam disebut mubah atau boleh, sehingga bukan menjadi benda yang dilarang. Wayang dikatakannya tidak bisa disamakan dengan patung yang menyerupai manusia yang dilarang dalam Islam.
Khusus wayang yang terbuat dari kulit yang berkembang pada era Jawa pertengahan, seperti wayang kulit periode perwalian, pada awalnya rupa wayang kulit menyerupai bentuk aslinya, seperti wayang pada jaman Majapahit atau Bali saat ini. Tetapi karena dianggap sebagai sumber pengkultusan, maka wayang digambar/dengan rupa yang tidak natural, termasuk dengan digambar miring. Hal ini pengaruh dari ajaran Islam.
Kita kulik sedikit sejarah wayang pada jaman dulu, yuk.