Wisata Halal di Era Media Baru

Indonesia pada world halal travel awards di Une Emirat Arab pada Oktober 2015 lalu membuktikan bahwa Indonesia merupakan destinasi favorit wisata halal berkelas dunia.

12 November 2021, 19:12 WIB

Nusantarapedia.net — Wisata Halal di Era Media Baru

Saat ini wisata halal telah menjadi perbincangan warga dunia. Banyaknya jumlah penduduk muslim membuat jumlah wisatawan muslim semakin bertambah dari tahun ke tahun. Kajian dari Thomson Reuters dalam State of the Global Islamic Economy (2013) menunjukan, total pengeluaran masyarakat muslim dunia untuk keperluan makanan halal dan gaya hidup (lifestyle) mencapai US$ 1,62 triliun pada tahun 2012.

Sementara Pew Research Center Forum on Religion and Public life mengungkapkan bahwa populasi penduduk muslim di dunia akan terus bertambah dari 1,6 miliar atau sekitar 23,4 persen dari jumlah penduduk dunia yang mencapai 6,9 miliar pada tahun 2010. Di perkirakan rata-rata pertumbuhan penduduk muslim di dunia terus meningkat hingga 1,5 persen setiap tahunnya. Sehingga pada tahun 2030 penduduk muslim dunia diperkirakan menjadi 2,2 miliar atau sekitar 26, 4 persen dari keseluruhan seluruh penduduk dunia yang mencapai 8, 3 miliar.

“Dengan jumlah tersebut maka wisatawan muslim meduduki 10 persen wisatawan yang melakukan perjalanan-perjalanan di seluruh dunia dan di perkirakan akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini yang kemudian memicu banyaknya negara di dunia yang mengangkat tema wisata halal pada objek destinasi wisata mereka.”

Dengan bertambahnya penduduk muslim di dunia tersebut membuat wisata halal tentu memiliki peningkatan jumlah konsumen. Pada tahun 2015 diperkirakan ada sekitar 117 juta wisatawan muslim yang berbagai perjalanan keseluruh penjuru dunia. Dengan jumlah tersebut maka wisatawan muslim meduduki 10 persen wisatawan yang melakukan perjalanan-perjalanan di seluruh dunia dan di perkirakan akan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini yang kemudian memicu banyaknya negara di dunia yang mengangkat tema wisata halal pada objek destinasi wisata mereka. (www.gomuslim.co.id)

Pemahaman tentang pengertian wisata halal sendiri tentu akan berpengaruh pada sukses dan tidaknya tema wisata halal yang diangkat oleh berbagai destinasi wisata di dunia. Wisata halal sering diartikan secara konvensional sebagai wisata yang hanya menyangkut soal makanan saja. Dengan pengertian tersebut tentu akan membatasi ruang gerak berkembangnya wisata halal. Wisata halal padahal tidak hanya mengangkat destinasi wisata yang bersangkutan dengan muslim saja. Namun mengangkat tentang perjalan wisata yang ramah dengan penduduk muslim sekaligus sesuai syariat agama islam biarpun objek yang di kunjungi tidak ada sangkut pautnya dengan muslim.

Edisi pertama dari MasterCard CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) yang dipublikasikan tahun 2015 lalu mencatat wisata halal memilki 100 destinasi wisata yang tersebar di dunia, namun destinasi wisata tersebut meningkat menjadi 130 destinasi wisata halal pada tahun 2016. GMTI juga mempublikasikan 10 negara terbaik dengan destinasi wisata halal pada tahun 2016 yang tergabung dalam Organisasi Of Islamic Cooperation (OIC), yaitu : Malaysia (skor 81,9), Uni Emirat Arab ( skor 74,7), Turki ( skor 73,9), Indonesia ( skor 70,6), Qatar ( skor 70,5), Arab Saudi ( skor 70,4), Oman ( skor 70,3). Maroko ( skor 68,30, Jordan ( skor 65,4), Bahrain ( skor 63,3)

Sedangkan untuk peringkat negara dengan destinasi wisata halal terbaik yang tidak tergabung dalam Organisasi Of Islamic Cooperation ( Non-OIC) yaitu : Singapura ( skor 68,4), Thailand ( skor 59,5), Inggris ( skor 59,0), Afrika Selatan ( skor 53,1), Hongkong ( skor 53,0), Perancis ( skor 51,6), Taiwan ( skor 50,1), Jepang ( skor 49,1), Srilanka ( skor 49,0), Amerika Serikat ( skor 48,9).

Negara yang telah bergabung dalam OIC memiliki keuntungan besar karena telah memiliki banyak fasilitas dan pelayanan untuk pemeluk agama Islam. Konferensi internasioanal wisata halal yang pertama di dunia di gelar di Indonesia pertengahan Juni 2014 lalu. Forum ini adalah tindak lanjut dari pertemuan para menteri pariwisata yang negaranya tergabung dalam OIC di Banjul, Gambia 6 desember 2013.

Pertemuan para menteri tersebut menggagas suatu forum yang akan membahas pengembangan wisata halal diantara negara-negara yang tergabung dalam OIC. Indonesia sendiri telah tergabung dengan OIC sejak tahun 1969, oleh sebab inilah Indonesia juga memiliki kemudahan dalam meningkatkan destinasi wisata halal yang dimiliki.

Bagi Indonesia, destinasi wisata halal bukan hanya untuk pasar luar negeri saja, tapi juga untuk pasar dalam negeri yang terus mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan data yang di dapatkan dari Badan Pusat Statistik Indonesia survei tahun 2010 jumlah penduduk muslim di Indonesia tahun 2010 sudah mencapai 207.176.162 ( dua ratus tujuh juta seratus tujuh puluh enam ribu seratus enam puluh dua jiwa), hal tersebut memicu dipromosikanya wisata halal secara gencar oleh pemerintah Indonesia.

Wisata halal di Indonesia sendiri telah digiatkan sejak tahun 2014 dimana hingga kini di Indonesia telah memiliki 113 destinasi dan industri pariwisata nasional. Deputi bidang pengembangan destinasi dan Industri pariwisata, kementerian pariwisata, Dadang Rizki mengatakan tiga penghargaan yang di peroleh Indonesia pada world halal travel awards di Une Emirat Arab pada Oktober 2015 lalu membuktikan bahwa Indonesia merupakan destinasi favorit wisata halal berkelas dunia. Tiga penghargaan tersebut berupa The World’s Best Halal Tourism Destination, The World’s Best Halal honeymoon Destination, dan Sofyan Hotel sebagai The World’s Best Family Friendly Hotel.

Tahun lalu total market wisata halal mencapai US$ 200 miliar (belum termasuk fashion, food, dan industri jasa keungan dan asuransi), sementara kemampuan Indonesia dalam merebut pasar tersebut baru sekitar 1, 2 persen, masih jauh tertinggal dari negara tetangga yaitu Malaysia dan Thailand yang masing-masing memperoleh 25 persen dan 245 devisa halal di Dunia. (www.kemenpar.go.id).

Pemasaran Destinasi Wisata adalah sebuah pilar utama berkembangnya dan berlanjutnya sebuah tempat wisata mengingat semakin mengglobalnya dan banyaknya persaingan di bidang ini (UNWTO, 211). Proses penyebarluasan informasi atau pemasaran tentang destinasi wisata halal pada masyarakat Internasional maupun pada masyarakat Indonesia sendiri tentu tidak lepas dari media. Menurut Mc Luhan media secara umum adalah perpanjangan alat indra manusia.

Dengan media kita memperoleh informasi tentang benda, orang, dan tempat yang tidak kita pahami secara langsung. Dunia ini terlalu luas untuk kita masuki semuanya, dan media datang menyampaikan berbagai pesan tentang lingkungan sosial dan politik ( Ardial. 2010 : 160)
Kahadiran media mendorong retorika, propaganda, agitasi dan kontruksi realitas. Pengunaan media sangat penting karena media memiliki pengaruh yang kuat terutama dalam membangun opini dan pengetahuan bagi khalayak.

Pada masa ini, media memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Peranan penting tersebut kini tidak lagi digolongkan berdasarkan strata sosial. Semua masyarakat yang dapat mengakses media akan merasakan pentingnya media bagi hidup mereka. Terutama pada generasi modern saat ini, media telah berkembang pesat salah satunya adalah media baru, yaitu internet.

Menurut Mc Quail (1994 : 20-6) karaktersitik media baru pada umumnya melibatkan desentralisasi channel untuk distribusi pesan dan penambahan kapasistas untuk penyampaian pesan, serta pelibatan audiens secara langsung kedalam proses penyampaian pesan yang berujung pada munculnya bentuk komunikasi interaktif. Komunikasi yang saat ini serba mudah dan digital membuat manusia lebih fleksible dalam menilai suatu isi pesan.

Hal ini kemudian yang membuat media online begitu cepat menyebar luaskan informasi dan isu yang sedang terjadi di Indonesia. Dan dengan adanya media online ini pemerintah mendapat kemudahan dalam publikasi wisata halal sebagai destinasi unggulan di Indonesia. Melalui portal berita online berbagai macam informasi wisata halal indonesia dapat di akses oleh masyarakat.

Pengamat sosial politik, Ferry Liando, dalam wawancaranya terhadap BeritaManado.com (11/10/2015) mengungkapkan bahwa 80% penduduk dunia pernah mengakses internet. Data ini menjelaskan bahwa media online bisa memudahkan akses masyarakat untuk mendapatkan informasi-informasi. Media online sangat mudah di akses karena tidak dibatasi ruang dan waktu. Orang kota hingga orang desa begitu mudah mengakses media online. Media online merupakan salah satu alternatif pendidikan politik masyarakat. Ferry mengungkapkan salah satu contoh penggunan positif media baru yaitu untuk akses berita politik melalui rubrik online.

Namun sebagaimana kita ketahui tidak hanya dalam lingkup politik saja kita dapat memperoleh berita dari media online, tapi juga tentang wisata yang salah satunya ialah wisata halal di Indonesia. Portal berita online banyak mengangkat wisata halal sebagai berita utama yang mereka publikasikan. Hal ini tentu memiliki banyak tujuan, selain tujuan untuk publikasi yaitu tujuan untuk membentuk pesan kepada masyarakat seperti apa wisata halal yang ada di Indonesia. Penilaian masyarakat yang terbentuk dari pesan yang mereka dapat dari portal berita online tersebut tentu feedbacknya sangat berguna bagi semua pihak terutama penyedia media online dan juga pemerintah.

Kebebasan Berpendapat pada Era Digital adalah Boomerang?
Euforia Trading di Kala Pandemi

Terkait

Terkini