Yang ber-Otak Tak Bakal Mengekor

Pikirnya, dengan berbekal kekuasaan dan tindakan nekat. Harapnya akan menjadi macan politik. Hal itu tidak akan terjadi sama sekali. Jauh panggang dari api. Yang terjadi bisa saja sebaliknya, ia hanyalah menjadi wayang politik, budak ideologi.

9 Mei 2022, 12:40 WIB

Nusantarapedia.net | SOSBUD — Yang ber-Otak Tak Bakal Mengekor

“Kresna, Sangkuni dan bebek sama-sama punya otak. Tapi, bebek tetaplah bebek, walaupun di kepalanya ada otak. Karena, isi pikiran yang tersemat dalam otak bebek hanyalah tentang bagaimana hidup mengekor. Wek.., wek.., wek!!”

WAKTU menulis catatan secuil ini, hari raya Idulfitri sudah sepekan berlalu. Artinya puasa Ramadan, sebulan sudah tunai. Ramadan adalah bulan mulia bagi umat Islam. Dalam bulan ini, umat muslim biasanya akan menambah dan memperbanyak kegiatan ibadah. Diyakini karena kemulian Ramadan, sehingga setiap ibadah kebaikan dikerjakan di dalamnya akan mendapat pahala yang berlipat.

Di sepanjang Ramadan kerap dijumpai ada kegiatan masyarakat berbagi paket makanan berbuka puasa. Kegiatan ini dikenal dengan istilah berbagi takjil, biasanya dilakukan sejak akhir sore atau menjelang waktu berbuka puasa.

Di penghujung Ramadan, sekelompok pemuda yang tergabung dalam komunitas kepemudaan di salah satu desa yang di wilayah Kecamatan Kwanyar juga mengadakan acara berbagi takjil. Sedianya, agenda itu akan dilaksanakan di depan gerbang masuk desanya. Tapi rupanya, niat baik mereka tak berjalan mulus. Rencana mereka terancam batal. Ada anak muda lain dari desa lain berkeberatan dengan acara takjil mereka.

Anak muda yang satu ini menyoalkan acara takjil dilakukan komunitas pemuda tersebut. Alasan pemuda ini; dirinya mencurigai kegiatan takjil tersebut memiliki muatan politis. Tentu saja sangkaannya itu belum dapat dibuktikan secara otentik.

Pemuda ini mengaku mendapat mandat dititipi desa oleh otoritas tempat tinggal para pemuda itu. Sebab itu, panitia takjil wajib memberi penjelasan apa tujuan acara itu diadakan. Ia juga merasa perlu mengawasi setiap kegiatan sosial yang digelar di desa itu.

Kecurigaan pemuda yang satu ini sebenarnya beralasan. Pasalnya, puluhan anak muda yang akan menggelar takjil itu memang akrab dengan salah seorang tokoh muda desa itu, yang juga pengusaha sukses di ibu kota.

Kabarnya, pengusaha muda ini digadang-gadang oleh warga setempat untuk maju menjadi kepala desa dalam pilkades mendatang. Jadi, alasan keakraban itulah sehingga kegiatan takjil yang diadakan pemuda desa itu perlu diboikot.

Masih menurut kabarnya juga. Dari beberapa penduduk dusun yang ada di desa itu, menghendaki kadesnya diganti, dan lebih dari 75% warga setempat berharap kepada pengusaha dari tokoh muda ini bisa membawa desanya lebih produktif dan meningkatkan taraf hidup warga.

Harapan warga di sana kepada pengusaha muda itu mungkin saja berlebihan. Tapi, juga bukan keputusan yang aneh bila menghendaki kadesnya diganti. Mungkin ada musabab mengapa warga di sana sangat menginginkan agar pengusaha muda ini bisa memimpin desanya. Bisa saja menginginkan pemimpin desa dari tokoh muda, secerdas dan sebaik Kades, Desa Alang Alang.

Kades Alang Alang memang dikenal tak membebek. Kades Alang Alang sempat viral, karena berani menentang kebijakan pemerintah kabupten yang dianggapnya tidak berpihak pada keadilan masyarakat.

Terkait

Terkini