Capres-cawapres Bagaimana Ini, Untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa?

- persoalan pintar dan bodoh, kita tidak boleh mendegradasi diri karena alasan genetika. Dan tidak boleh merendahkan diri kita bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang bodoh. Tak lain, sebuah sistem yang dibangun, yang dapat mengubah semua ini -

18 Januari 2024, 07:54 WIB

Nusantarapedia.net | OPINI, POLHUKAM — Capres-cawapres Bagaimana Ini Untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa?

“Bagaimana aneka produk kebijakan dasarnya adalah keadilan sosial. Melalui keadilan sosial, otomatis rakyat akan tercukupinya standart pangan yang layak dan bergizi, menjadikannya sehat dan pintar.”

Problem kita selama ini adalah, ketika kita tidak pernah diberikan kesempatan/akses untuk menjadi subyek negara, berkiprah untuk negara (dari-oleh dan untuk rakyat), melainkan hanya sebagai obyek perahan saja, yang dipersiapkan untuk memenuhi pasar yang diciptakan (market society).

KITA semestinya tidak ambil pusing akan posisi kita, bila dibilang seberapa liberal atau konservatif kita dalam isu tertentu, pun posisi kita apakah bertentangan dengan konvensi internasional. Tetapi, bagaimana kita mampu dan berani bersikap.

Bicara soal kecerdasan atau manusia yang pintar, terlebih dalam narasi “propaganda” global terciptanya — menuju era/masyarakat Society 5.0. Di sini kita tidak bisa menafikan, bahwa tingkat rata-rata IQ (Inteligence Quotion) masyarakat Indonesia yang rendah akibat dari pemikiran kita yang konservatif, padahal kran liberalisasi telah dibuka seluas-luasnya, bila dipercayai hal itu sebagai syarat sebuah negara menjadi cerdas/pintar/maju (tidak menutup diri). Justru, liberalisasi itu tidak menyentuh atau terkorelasi dengan tingkat kecerdasan masyarakat di dalamnya, karena liberalisasi yang dimaksud lebih pada sebuah upaya untuk menguasai dengan aneka propagandanya, terutama penguasaan di bidang ekonomi bisnis, yang salah satu caranya adalah dengan program “pembodohan”.

Sedikit kita menumpahkan kekesalan ini sebagai titipan kepada para capres-cawapres, calon legislatif dan calon-calon lainnya dalam gelaran Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 ini di semua level. Bahwa hak hidup kita atas status kebangsaan kita melekat pada negara, bahwa bangsa telah dulu ada sebelum lahirnya negara, yang mana hak kodratinya jelas menyertainya, yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia benar-benar menjadi concern dalam membangun Indonesia. Utamakan hal pangan, pendidikan dan kesehatan itu sebagai syarat peta jalan menuju Indonesia Emas 2045.

Organisasi Wisevoter milik Ben Kaplan menggunakan data Intelligence of Nations dari studi yang dilakukan Lynn dan Becker, seorang peneliti Ulster Institute di Inggris, merilis data peringkat negara dunia hal rata-rata IQ (Inteligence Quotion) masyarakat di suatu negara, tahun 2023.

Hasilnya, dari 193 negara dunia, rata-rata IQ Indonesia berada di urutan ke-126. Artinya, ada 125 negara yang rata-rata IQ nya di atas Indonesia. Sedangkan terdapat 67 negara yang rata-rata IQ nya di bawah Indonesia. Berarti, Indonesia tergolong sebagai negara lower middle (menengah ke bawah), yang mana posisi menengah saja tidak, karena posisi di tengah-tengah di urutan ke-96.

Padahal, menurut data Statista Worldmeter, Indonesia sebagai negara dengan luas wilayah (daratan dan perairan) nomor 15 di dunia, sebesar 1.904.569 km². Sedangkan demografi Indonesia berada di peringkat ke-4 dunia, dengan 277,7 juta jiwa. Artinya, luasan wilayah terkorelasi dengan sumber daya yang dimiliki sebagai potensi yang memungkinkan menjadikan negara ber-IQ tinggi (cerdas), meskipun demografinya besar, tetapi sumber daya itu sangat sebanding. Nyatanya, itu tidak terjadi!

Berdasarkan laporan tersebut, didapatkan angka, rata-rata nilai IQ masyarakat dunia sebesar 82. Umumnya, anak-anak memiliki IQ sekitar 100, untuk orang dewasa usia 25 tahun memiliki skor IQ rata-rata sekitar 110.

Terkait

Terkini