Umbul Pengging, Aquifer Pilihan Raja

- Definisi dari mata air adalah tempat keluarnya air tanah secara alami dari akuifer menuju permukaan -

29 Desember 2022, 17:15 WIB

Umbul Pengging
Umbul Pengging yang termasuk dalam kawasan Pesanggrahan Ngeksipurna telah dibangun pada kisaran tahun 1893-1905 sebagai tempat peristirahatan raja PB X.

Di dalam kompleks umbul terdapat tiga umbul atau mata air sebagai tempat pemandian raja, lengkap dengan bangunan rumah untuk beristirahat.

Umbul yang pertama atau yang paling tua dinamakan Umbul Duda atau Baki Dhudha berbentuk persegi panjang berukuran 12x8m, berlantaikan tanah alami. Umbul ini sebenarnya berasal dari kata Jolotundo, yang mana kompleks umbul ini diduga sudah digunakan atau difungsikan pada era Kerajaan Pengging Kuna masa Kerajaan Medang.

Umbul yang kedua adalah Umbul Temanten, pada awalnya umbul Temanten atau Nganten terdiri dari dua mata air yang berdekatan, kemudian oleh PB X, kedua mata air disatukan, selanjutnya dinamakan Umbul Temanten/Nganten/Pengantin karena penyatuan kedua umbul bagai pengantin. Setelah disatukan, dengan kolam berukuran 33×24 m, merupakan kolam terbesar dalam kompleks Umbul Pengging.

Umbul yang satunya adalah Umbul Ngabean, berdiameter 26 m. Di sinilah para keluarga raja beristirahat.

Bagi yang percaya, oleh sebagian orang yang datang ke Umbul Pengging untuk praktik ritual-spiritual dilakukan di Umbul Ngabean untuk hal ekonomi. Untuk permohonan soal perjodohan dilakukan di Umbul Temanten, sedangkan Umbul Duda untuk derajat pangkat.

Kompleks Umbul Pengging ini secara administratif berada di Padukuhan Umbul Sari, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Boyolali. Secara kultural beralamat di kluster kebudayaan Pengging pada budaya Mataraman.

Di kompleks Umbul Pengging ini dikenai tiket masuk kawasan, kemudian untuk masuk di Umbul Temanten dan Ngabean dikenakan tarif masuk.

Fasilitas di dalamnya terdapat deretan warung makan dan lahan parkir yang luas, juga toilet. Suasananya cukup asri, karena terdapat banyak pohon-pohon, seperti pohon beringin dalam kesatuan taman.

Menurut penuturan dari Mbah Menggung, seorang ibu berusia 60 tahun, pedagang warung makan di kompleks Umbul Pengging yang telah berjualan selama 25 tahun asal Solo menuturkan, bahwa penunggu gaib di Sendang/umbul Temanten adalah dari penguasa Majapahit yang bernama Raden Ayu Retno Pengasih.

Sedangkan Umbul Ngabean digunakan untuk siraman raja. Namun saat ini banyak yang ngalap berkah di Umbul Ngabean pada waktu malam hari, terutama sebelum Covid-19, meski saat ini juga masih banyak yang tirakat di tempat itu.

Masih menurut Mbah Menggung, umbul yang paling tua di kompleks ini adalah umbul Dudo, ceritanya;

Umbul Dudo itu umbul yang paling tua, itu ceritanya, kalo nggak ditutup, daerah Pengging ini menjadi bengawan. Oleh orang sakti pada jaman kuna, kemudian umbul tersebut ditutup, dikecilkan airnya, karena air yang keluar sangat deras,” kata Mbah Menggung.

Lanjut Mbah Menggung bercerita;
“Di sini banyak tamu dari berbagai daerah yang datang untuk tirakat, dan kebanyakan atas ijin Allah dikabulkan. Ada yang dari Kalimantan, Bali, Jakarta, Surabaya, Semarang, dan dari mana-mana.”

Di akhir ceritanya, Mbah Menggung juga bercerita bahwa banyak pejabat dari Jakarta dan daerah yang datang ke sini untuk tirakat, bahkan menurutnya, Mbah Menggung hafal nama-nama pejabat yang datang tersebut, namun enggan mengatakannya, karena itu privacy.

Mbah Menggung karena berprofesi sebagai pedagang warung makan yang berdomisili di kompleks Umbul Pengging, tahu betul dan terkadang ikut membantu menyiapkan segala sesuatunya bagi tamu yang ingin melakukan tirakat.

Terkait

Terkini