Pahit dan Manis hingga Pedasnya Hidup Dirasakan oleh Tulus, Sang Penjual Rujak di Pemalang

22 April 2024, 23:23 WIB

Nusantarapedia.net | POTRET SOSIALPahit dan Manis hingga Pedasnya Hidup Dirasakan oleh Tulus, Sang Penjual Rujak di Pemalang

“Ya, Tulus adalah potret dari jutaan rakyat Indonesia yang menggantungkan penghidupannya dari sektor usaha mikro. Semoga para pedagang kuliner kelas kaki lima dan keliling, nasibnya akan mujur, semujur bila gas melon tidak menghilang, harganya murah pula. Juga beras yang murah, dan aneka kebutuhan dasar lainnya menyangkut urusan pangan, pendidikan dan kesehatan yang sebenar-benarnya mudah dan murah. Mengingat, hasil dari berjualan seperti Tulus Tulus lainnya, umumnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, itupun dengan pas-pasan.”

Namun begitu, itulah kemuliaan rakyat kecil seperti Tulus, berapapun hasilnya, tak pernah mengeluh, Tulus yang selalu tulus ikhlas, selalu bersyukur dan bersyukur, tak pernah mengeluh apalagi protes.

TIDAK hanya artis atau bintang film yang namanya melegenda, dikenal banyak kalangan. Legendaris bisa diartikan  seseorang atau tokoh tertentu yang sudah lama menekuni atau menjalani sebuah profesi tertentu, baik itu seorang politikus, tokoh agama, pebisnis, artis, pegiat seni, bahkan seorang pedagang ataupun pembuat kuliner masakan. Mereka dikenal banyak orang, sampai rentang waktu yang lama, puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun.

Di pinggiran Kota Pemalang, ada seorang pedagang rujak buah, warga setempat menyebutnya dengan istilah lotis, lotis yang cukup legendaris. Dia adalah Tulus (50), warga Kelurahan Pelutan, Kecamatan Pemalang kota.

Lelaki ramah senyum ini, terlihat sebagian rambutnya telah ditumbuhi uban, menandakan ada cukup waktu lama dirinya menjalani hidup. Begitupun juga dengan pekerjaannya, menekuni berjualan lotis sudah seperempat abad lamanya.

Banyak warga sekitar Pemalang, bahkan dari luar kota telah lama menjadi langganan dagangannya, karena sensasi pedas sambal lotisnya yang terkenal.

Awak media mencoba mencicipi olahan sambal lotis Tulus yang masih menggunakan cobek asli dari pahatan batu, yang menjadikan ulekan sambalnya mempunyai rasa berbeda.

“Monggo mas, silahkan mau pesan lotis dengan pedas maksimal apa sedang?,” sapa Tulus.

Menurutnya, ia berjualan lotis seusai menamatkan pendidikan Sekolah Dasar beberapa puluh tahun yang lalu.

“Saya telah berjualan lotis lama, sejak lulus dari Sekolah Dasar,” terangnya, pada Senin siang (22/04/2024).

Tempat jualannya dari dulu sampai sekarang masih tetap, yakni di Jalan Urip Sumoharjo, dekat Pasar Anyar Kelurahan Pelutan, Pemalang Kota.

Dengan harga terbilang murah, Rp10 ribu saja untuk satu porsi lotis, berisi beberapa macam buah yang sudah diiris. Pembeli bisa makan di tempat atau dibawa pulang.

Tulus menceritakan, jika hasil jualan lotisnya bisa untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, perolehan omzet dagangannya berkisar antara 150 hingga 200 ribu dalam sehari.

“Saya tetap bersyukur menjalani profesi saya sebagai penjual lotis, masih banyak orang yang nganggur disaat keadaan kesulitan seperti ini,” tutupnya.

Tulus, pria paruh baya, seorang pedagang rujak buah atau lotis, sudah banyak makan asam garam, pahit manis serta pedasnya hidup, seperti rasa sambal pada lotis daganganya.

Polish 20240422 223715476 1
Tulus, yang selalu tulus ikhlas, berapapun keuntungan yang didapat dari berjualan lotis.
Polish 20240422 223638754
Kuliner lotis, buah potong segar dengan disiram sambal manis jenis “petis”.

Ya, Tulus adalah potret dari jutaan rakyat Indonesia yang menggantungkan penghidupannya dari sektor usaha mikro. Semoga para pedagang kuliner kelas kaki lima dan keliling, nasibnya akan mujur, semujur bila gas melon tidak menghilang, harganya murah pula. Juga beras yang murah, dan aneka kebutuhan dasar lainnya menyangkut urusan pangan, pendidikan dan kesehatan yang sebenar-benarnya mudah dan murah. Mengingat, hasil dari berjualan seperti Tulus Tulus lainnya, umumnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, itupun dengan pas-pasan.

Namun begitu, itulah kemuliaan rakyat kecil seperti Tulus, berapapun hasilnya, tak pernah mengeluh, Tulus yang selalu tulus ikhlas, selalu bersyukur dan bersyukur, tak pernah mengeluh apalagi protes.

Bagaimana pembaca yang budiman, amatilah di sekeliling lingkungan Anda, adakah potret seperti Tulus Tulus lainnya, seorang pedagang kecil yang selalu bersyukur, tak peduli memikirkan kebutuhan sekundernya, tak peduli dengan gap si kaya dan si miskin. Mungkin, pak Tulus atau rakyat kecil lainnnya tak peduli atas nama keadilan. (Ragil)

Cerita Novelia, Mulai Dari Tak Punya Uang Beli Beras Hingga Rela Tahan Lapar ke Sekolah Setelah Ditinggal Mati Kedua Orang Tua

Kamaria, Satu-satunya Wanita di Kota Mbay Berprofesi Driver Ojek

Dokar Pemalang Menggelinding Pelan, Tergerus Peradaban Jaman

Hitam Legam Sehitam Arang

Klaten Instrumen Bambu, Musisi Jalanan di Pojok Tugu Tenun

YouTube : Nusantarapedia Journals | NPJ

Terkait

Terkini