Sejarah Wonogiri, Jejak Perlawanan Raden Mas Said

Daerah Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar) mempunyai karakter seperti Asu Galak Ora Nyathek

24 April 2022, 09:37 WIB

Nusantarapedia.net, Wonogiri, Jawa Tengah — Sejarah Wonogiri, Jejak Perlawanan Raden Mas Said

“Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabiulawal (Mulud) tahun Jumakir windu Sengoro, dengan candra sengkala Angrasa Retu Ngoyag Jagad atau tahun 1666 dalam kalender Jawa. Dan dalam perhitungan kalender Masehi bertepatan dengan hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 M. Tanggal tersebut yang kini akhirnya ditetapkan sebagai tanggal ulang tahun Kabupaten Wonogiri, yaitu 19 Mei.”

Wonogiri, namanya tak lepas dari kondisi wilayahnya yang memang terdiri dari gunung dan hutan. Ya, wonogiri berasal dari kata Wana yang artinya alas atau hutan, dan Giri yang artinya gunung.

Sejarah Wonogiri juga tak lepas dari sejarah perjuangan Raden Mas Said atau terkenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa. Raden Mas Said merupakan putra Kanjeng Pangeran Aryo Mangkunegoro dan Raden Ayu Wulan yang wafat saat melahirkannya.

Sejak balita, Raden Mas Said sudah kehilangan ayahanda karena dibuang oleh Belanda ke Tanah Kaap (Ceylon) atau Srilanka. Akhirnya, sejak kecil Raden Mas Said hidup jauh dari layaknya seorang bangsawan keraton. Ia menghabiskan masa kecil bersama para abdi dalem sehingga ia bisa merasakan bagaimana perjuangan rakyat kecil.

Inilah yang kemudian menumbuhkan sikap kepedulian kepada rakyat kecil atau rakyat biasa. Di usia dewasanya, ada peristiwa yang membuat Raden Mas Said resah.

Raja Paku Buwono III menempatkannya pada posisi hanya sebagai Gandek Anom atau Manteri Anom yang derajatnya sama dengan Abdi Dalem Manteri. Padahal sesuai dengan derajat dan kedudukannya, Raden Mas Said seharusnya menjadi Pangeran Sentana.

Ia mengadukan hal itu kepada Raja, dan ditanggapi dingin oleh Patih Kartasuro. Justru penghinaan yang ia dapat. Patih Kartasuro malah memberinya sekantong uang. Ini mengundang kemarahan Raden mas Said. Ia merasa seperti disamakan dengan pengemis, padahal ia hanya ingin menuntut hak dan keadilan.

Akhirnya Raden Mas Said bersama pamannya Ki Wirawangsa dan Raden Sutawijaya, yang juga sama-sama mendapat perlakuan tidak adil dari Sang Raja, mengadakan pertemuan. Mereka berunding memutuskan untuk keluar dari keraton dan mengadakan perlawanan terhadap raja.

Raden Mas Said bersama rombongan akhirnya mengembara mencari tepat untuk menyusun strategi perlawanan. Akhirnya berhenti di sebuah daerah. Di daerah itulah Raden Mas Said dan para pengikutnya menggelar pertemuan untuk menyusun strategi dan menghimpun kekuatan. Dari situlah Raden Mas Said mendirikan pemerintahan yang masih sangat sederhana.

Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabiulawal (Mulud) tahun Jumakir windu Sengoro, dengan candra sengkala Angrasa Retu Ngoyag Jagad atau tahun 1666 dalam kalender Jawa. Dan dalam perhitungan kalender Masehi bertepatan dengan hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 M. Tanggal tersebut yang kini akhirnya ditetapkan sebagai tanggal ulang tahun Kabupaten Wonogiri, yaitu 19 Mei.

Daerah tempat Raden Mas Said berhenti dan mendirikan pemerintahan itu bernama Dusun Nglaroh (wilayah Kecamatan Selogiri). Di dusun tersebut terdapat batu yang kemudian batu tersebut dikenal dengan sebutan Batu Gilang yang merupakan simbol perlawanan ketidak adilan. Juga merupakan tempat awal mula perjuangan Raden Mas Said melawan segala bentuk penjajahan.

Raden Mas Said bersama dengan pengikutnya membentuk pasukan inti yang nantinya akan menjai pasukan perang yang tangguh. Perwira-perwira ini dibekali ilmu perang yamg mumpuni. Para perwira ini mendapat sebutan Punggowo Baku Kawandoso Joyo.

Beruntungnya lagi, rakyat lokal Dusun Nglaroh terhadap perjuangan Raden mas Said juga begitu tinggi. Sesepuh Nglaroh yang bernama Kyai Wiradiwangsa akhirnya diangkat menjadi Patih. Nah, inilah akhirnya yang menjadi embrio dan cikal Kabupaten Wonogiri.

Kegigihan bertempur Raden Mas Said dalam memerangi para musuhnya semakin hari semakin tak diragukan lagi. Banyak musuh yang tewas di tangannya dan para prajuritnya yang hanya berjumlah terbatas. Dari sini membuktikan bahwa Raden Mas Said adalah panglima perang yang mumpuni. Tercatat tak kurang dari 250 peperangan ia menangkan. Dari sinilah ia mendapat julukan “Pangeran Sambernyawa” karena dianggap sebagai penebar kematian atas setiap pertempuran yang dihadapi.

Hingga akhirnya pertempuran meluas hingga Ponorogo, Madiun, dan Rembang bahkan hingga Yogyakarta. Paku Buwono resah dan akhirnya berhasil membujuk Raden Mas Said untuk berunding untuk mengakhiri peperangan.

Perundingan menghasilkan keputusan bahwa Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan dan diangkat sebagai Adipati Miji atau gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I.

Penetapan wilayah kekuasaan Raden Mas Said terjadi pada tanggal 17 Maret 1757 melalui sebuah perjanjian di daerah Salatiga. Kedudukannya sebagai Adipati Miji sejajar dengan kedudukan Sunan Paku Buwono III dan Sultan Hamengkubuwono I dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah Keduwang (daerah Wonogiri bagian timur), Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar), Sembuyan (daerah sekitar Wuryantoro dan Baturetno), Matesih, dan Gunung Kidul.

Dikutip dari laman wonogiri.go.id, KGPAA Mangkunegoro I membagi wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi 5 (lima) daerah yang masing-masing memiliki ciri khas atau karakteristik yang digunakan sebagai metode dalam menyusun strategi kepemimpinan, yaitu :

  1. Daerah Nglaroh (wilayah Wonogiri bagian utara, sekarang masuk wilayah kecamatan Selogiri). Sifat rakyat daerah ini adalah Bandol Ngrompol yang berarti kuat dari segi rohani dan jasmani, memiliki sifat bergerombol atau berkumpul. Karakteritik ini sangat positif dalam kaitannya untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Rakyat di daerah Nglaroh juga bersifat pemberani, suka berkelahi, membuat keributan akan tetapi jika bisa memanfaatkan potensi rakyat Nglaroh bisa menjadi kekuatan dasar yang kuat untuk perjuangan.
  2. Daerah Sembuyan (wilayah Wonogiri bagian selatan sekarang Baturetno dan Wuryantoro), mempunyai karakter sebagai Kutuk Kalung Kendho yang berarti bersifat penurut, mudah diperintah pimpinan atau mempunyai sifat paternalistik.
  3. Daerah Wiroko (wilayah sepanjang Kali Wiroko atau bagian tenggara Kabupaten Wonogiri sekarang masuk wilayah Kecamatan Tirtomoyo). Masyarakat di daerah ini mempunyai karakter sebagai Kethek Saranggon, mempunyai kemiripan seperti sifat kera yang suka hidup bergerombol, sulit diatur, mudah tersinggung dan kurang memperhatikan tata krama sopan santun. Jika didekati mereka kadang kurang mau menghargai orang lain, tetapi jika dijauhi mereka akan sakit hati. Istilahnya gampang-gampang susah.
  4. Daerah Keduwang (wilayah Wonogiri bagian timur) masyarakatnya mempunyai karakter sebagai Lemah Bang Gineblegan. Sifat ini bagai tanah liat yang bisa padat dan dapat dibentuk jika ditepuk-tepuk. Masyarakat daerah ini suka berfoya-foya, boros dan sulit untuk melaksanakan perintah.

Akan tetapi bagi seorang pemimpin yang tahu dan paham karakter sifat dan karakteristik mereka, ibarat mampu menepuk-nepuk layaknya sifat tanah liat, maka mereka akan mudah diarahkan ke hal yang bermanfaat.

  1. Daerah Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar) mempunyai karakter seperti Asu Galak Ora Nyathek. Karakteristik masyarakat disini diibaratkan anjing buas yang suka menggonggong akan tetapi tidak suka menggigit. Sepintas dilihat dari tutur kata dan bahasanya, masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras menampakkan sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, dan yang terkesan adalah sifat kasar menakutkan. Akan tetapi mereka sebenarnya baik hati, perintah pimpinan akan dikerjakan dengan penuh tanggungjawab.

Dengan memahami karakter daerah-daerah tersebut, Raden Mas Said menerapkan cara yang berbeda dalam memerintah dan mengendalikan rakyat di wilayah kekuasaannya, menggali potensi yang maksimal demi kemajuan dalam membangun wilayah tersebut. Raden Mas Said memerintah selama kurang lebih 40 tahun dan wafat pada tanggal 28 Desember 1795.

Sejarah Singkat Pemalang
Mataram Pleret, Penaja Perang Suksesi Monarki Jawa
Wangsa Mataram, Cabang Ningrat Baru
Gentan Geopark Village, Satu Tujuan Lima Destinasi (1)
Elektabilitas Ganjar Pranowo Tinggi, Berpeluang Besar Menuju RI 1

Terkait

Terkini