Kronik Kali Opak, dalam Romantisme, Manajemen Air dan Gempa (1)

Keberadaan Sungai Opak saat ini di sebelah barat Candi Prambanan, hasil dari rekayasa teknis jalur air jilid dua yang dilakukan oleh raja setelah Pikatan.

26 Februari 2022, 22:33 WIB

Nusantarapedia.net, Jurnal | Sejarah — Kronik Kali Opak, dalam Romantisme, Manajemen Air dan Gempa

“Pada saat kejadian, Merapi juga sedang dalam aktivitas erupsi. Tak sedikit pihak yang menghubungkan korelasi antara gempa bumi dan meletusnya Merapi. Namun setelah diteliti lebih lanjut, gempa dan erupsi Merapi tidak ada hubungan sebab akibat hanya secara kebetulan bersamaan. Namun begitu, pada banyak kasus korelasi keduanya erat.”

KALI Opak atau Sungai Opak, terletak di daerah Yogyakarta. Sungai ini telah menjadi satu kesatuan sosial dalam kultur Mataraman. Fungsi sungai secara alami juga rekayasa manusia didalamnya untuk berbagai keperluan dan kepentingan telah melahirkan cerita indah bahkan fenomenal dari masa ke masa.

Fakta ilmiah didalamnya telah bergeser pada dimensi baru hasil intervensi budaya para leluhur. Kali Opak menjadi cerita yang melegenda, penuh aroma mistis dan simbol sakralitas masyarakat dengan spirit yang terkandung dari nilai historis.

Berangkat dari peristiwa alam seperti gempa bumi dan banjir lahar erupsi Merapi hingga pemanfaatan sungai, mampu dinarasikan untuk konsep simbolik kosmos serta penunjang keindahan estetis karya manusia yang diintegrasikan dengan sungai, selain fungsi pokoknya sebagai sumber kehidupan.

Kini, Kali Opak terus dipandang sebagai bagian penting dalam budaya Mataraman. Manajemen sungai dalam bentuknya yang sederhana hingga pengelolaan yang canggih telah dilakukan oleh manusia sejak manusia bermula hidup di bumi hingga kini.

Kali Opak

Sungai Opak terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, berhulu di Gunung Merapi Sleman dengan bermuara di Pantai Samas Bantul.

Panjang sungai sekitar 65 kilometer dari hulu sampai muara, merupakan anak sungai Gendol yang mana termasuk sungai inti aliran lava Merapi. Sungai Opak di bagian Selatan di induk oleh Sungai Oya yang berhulu di Manyaran Wonogiri, bermuara di Sungai Opak Imogiri yang mana mengikuti struktur alur perbukitan seribu.

Sungai Opak memanjang dari hulu Merapi yang terletak di Utara menuju ke Selatan. Melewati dua kabupaten serta lima kecamatan di Sleman, yaitu; Cangkringan, Ngemplak, Kalasan, Prambanan dan Piyungan. Sementara di kabupaten Bantul melewati kecamatan Banguntapan, Pleret, Jetis, Imogiri, Pundong dan Kretek.

Sungai Opak mempunyai anak sungai yang cukup besar. Keberadaan anak sungai tersebut sangat berpengaruh pada kondisi hidrologi dan geologi serta budaya di daerah Yogyakarta. Sungai Kuning, Sungai Code, Gajahwong, Winongo, Belik, Tambakbayan, Nongko, Sungai Oyo dan Tepus, semuanya bermuara di Kali Opak.

Kali Opak dengan ukuran cekungan daerah aliran sungai (DAS) seluas 638.89 km2. Debit air Sungai Opak dalam rata-rata bulanan sekitar 12,35 m3/detik. Debit maksimum sebesar 83,2 m3/detik dan minimum sebesar 1,89 m3/detik.

Parameter kualitas air yang diukur dari fisik berupa keadaan suhu, salinitas dan kedalaman serta kandungan kimia yang meliputi amonia, nitrat, fosfat dan mikrobiologi (total koliform), Sungai Opak termasuk dalam kategori tercemar sedang. Status mutu di analisa dari kualitas muaranya dengan kandungan kimia berupa; Amoniak berkisar 0,02-0.06 mg/L, Nitrat dalam rentang 0,34-0,81 mg/L, Fosfat dengan kandungan 0,06-0,46 mg/L, dan total Koliform sebesar 30.825 koloni/100mL.

Untuk fungsi pertanian, terdapat di daerah bawah/tengah yang telah dibuat bentuk saluran irigasi, terutama di daerah sepanjang jalan menuju Pantai Selatan dengan tipikal tanah rata dan datar.

Variasi makhluk hidup terutama bermacam-macam ikan terdapat di sekitar saluran irigasi, meski dibagian atas juga tempat habitat beberapa jenis ikan, namun tidak sebanyak dibagian tengah dan muara. Terdapat ikan Sapu-Sapu (hypostomus plecostomus), Tawes Kepek (wader kepek), Lele Jawa (clarias batracus), ikan Nilem, Gabus, dan jenis lainnya.

Episentrum Gempa

Yogyakarta dan sekitarnya, terakhir diguncang gempa bumi hebat pada 26 — 27 Mei 2006 dengan kekuatan 5,9 — 6,2 skala richter, banyak bangunan dan infrastruktur luluh lantak karenanya. Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyatakan; episentrum pusat gempa berada di kawasan Pantai Samas tepatnya di muara Sungai Opak, pada koordinat 8,007 derajat Lintang Selatan, 110,286 derajat Bujur Timur.

Pada saat kejadian, Merapi juga sedang dalam aktivitas erupsi. Tak sedikit pihak yang menghubungkan korelasi antara gempa bumi dan meletusnya Merapi. Namun setelah diteliti lebih lanjut, gempa dan erupsi Merapi tidak ada hubungan sebab akibat hanya secara kebetulan bersamaan. Namun begitu, pada banyak kasus korelasi keduanya erat.

Khusus pada peristiwa gempa bumi tersebut penyebab utamanya ada di muara Sungai Opak sebagai episentrum gempa, karena muara Kali Opak berupa patahan aktif atau sesar lempeng bumi. Selanjutnya terkenal dengan istilah Sesar Opak.

Jalur sesar tektonik Opak hampir mengikuti alur sungai opak. Batas Selatan terletak di palung Jawa Samudra Hindia, muara Sungai Opak menuju ke Utara hingga tepat berada di bawah candi Prambanan, kemudian terus menyambung sampai daerah Klaten di sekitar Sungai Dengkeng (Bengawan Solo).

Berdasarkan kajian ilmu geologi, yang disebut Sesar adalah: patahan pada batuan yang terbentuk akibat adanya gaya yang berasal dari dalam bumi seperti gaya tektonik maupun vulkanik. Sesar merupakan bidang diskontinuitas (ketidakmenerusan) dalam batuan, dimana telah ada perpindahan signifikan sebagai akibat dari gerakan massa batuan akibat gaya dari dalam bumi.

Indonesia menjadi langganan gempa bumi dan letusan gunung berapi, karena letaknya yang berada di antara tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Australia, Eurasia dan Pasifik juga berada di posisi Ring of fire.

Pekerjaan Umum di Kali Opak zaman Medang i Mataram

Candi Prambanan mulai dibangun sekitar tahun 850 M oleh Rakai Pikatan, berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M. Candi ini tidak selesai dibangun dalam masa pemerintahan Rakai Pikatan, kemudian dilanjutkan oleh Raja Lokapala, Sri Maharaja Dyah Balitung Maha Sambu, kemudian terus disempurnakan oleh raja Mataram selanjutnya seperti raja Sri Maharaja Dyah Daksa dan Sri Maharaja Dyah Tulodong.

Namun sayang, hanya dalam hitungan kurang dari satu abad, lebih kurang tahun 929 — 930 M candi ini sudah terlantar akibat potensi kebencanaan erupsi Gunung Merapi. Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahan Medang i Mataram ke i Wwatan (Magetan Jawa Timur).

Air sebagai sumber kehidupan yang penting bagi kehidupan manusia menjadi satu kesatuan pandang dalam tata laksananya. Keberadaan Sungai Opak jelas vital bagi keberlangsungan kerajaan Mataram Medang.

Dibangunnya kompleks peribadatan Candi Prambanan di pinggir Kali Opak membuktikan betapa pentingnya kebutuhan air hingga diperlukan manajemen air untuk pemanfaatannya.

Prasasti Siwagrha menyebutkan bangunan candi yang dimaksud bernama Siwagrha (Sanskerta: Shiva-grha yang berarti: ‘Rumah Siwa’) atau Siwalaya (Sanskerta: Shiva-laya yang berarti: ‘Ranah Siwa’ atau ‘Alam Siwa’).

Dalam masa pembangunannya juga disebutkan adanya perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai Opak oleh dinas pekerjaan umum Mataram atas perintah Raja.
Isi prasasti Siwagrha menyebutkan:
“… lwah inalihaken …” yang artinya aliran Sungai dialihkan dari jalur aslinya.

Pada awalnya, Sungai Opak berada di Utara candi, melengkung dari Utara berbelok ke Timur kemudian menuju ke Selatan. Namum alurnya tidak mengitari candi secara sempurna.

Hal ini dimaksudkan untuk banyak kemungkinan yaitu; Bangunan Siwagrha ingin menduplikasi bangunan Borobudur yang dikitari air atau danau. Kebetulan area depan Siwagrha yang sekarang menjadi desa Tlogo dulunya benar-benar sebuah sumber air yang besar berupa Telaga. Toponimi Tlogo berarti tempat sumber air.

Disatu sisi, keberadaan Sungai Opak terlalu dekat dengan pembangunan Siwagrha, membahayakan konstruksi bangunan yang rawan longsor.

Didasarkan pada dua potensi tersebut, ambisi ingin membuat bangunan seperti Borobudur yang dikitari air harus terlaksana namun bagaimana cara agar tetap aman. Maka di lakukanlah rekayasa merubah jalur Sungai Opak sekaligus membuat bendungan.

Kemungkinan, bangunan Siwagrha benar dikitari air seperti bunga teratai yang mengambang di atas air. Langkah yang pertama membuat alur Sungai Opak justru benar-benar mengitari candi. Agar konstruksinya tidak mudah longsor, maka dialirkannya air dari telaga Tlogo untuk memenuhi debit air di bendungan Sungai Opak buatan yang mengelilingi bangunan, kemudian sungai tersebut di DAM untuk mengatur volume air.

Bila debitnya bertambah maka pintu air dibuka dan sebaliknya. Dikarenakan air yang berada di bendungan rekayasa Sungai Opak tersebut berasal dari banyak sumber, selain di support dari telaga Tlogo tadi memungkinkan pengaturan air dilakukan dengan sistem buka tutup di pintu-pintu air maupun sudetan sungai.

Dengan demikian, keinginan untuk menduplikasi Borobudur dengan makna simbolisasi didalamnya dapat terwujud dan aman dari potensi longsor.

Tetapi pada perkembangan selanjutnya, mungkin bendungan tersebut tidak sempurna dan berpotensi membahayakan, atau selain karena era setelah Pikatan ingin terus mengembangkan kompleks Siwagrha agar menjadi luas.

Dengan demikian diperlukan lagi rekayasa jalur air jilid kedua setelah mangkatnya Pikatan. Yaitu, bendungan di urug kembali, kemudian Sungai Opak di buat lurus dari Utara ke Selatan di sebelah Barat Candi. Maka bendungan dan Sungai Opak rekayasa jilid 1 yang berada di Utara, Timur, Selatan dan Barat bangunan di urug kembali dan di bangunlah aneka candi perwara oleh pemerintahan selanjutnya.

Keberadaan Sungai Opak saat ini di sebelah barat Candi Prambanan, hasil dari rekayasa teknis jalur air jilid dua yang dilakukan oleh raja setelah Pikatan.

Kali Opak merupakan aliran lava erupsi gunung Merapi yang sudah berlangsung sejak Merapi terbentuk. Menurut perkiraan, letusan yang terjadi dari sekitar tahun 900 hingga puncak letusan dahsyat tahun 1006 yang membuat pusat kerajaan Medang i Mataram pindah ke daerah Jawa bagian Timur oleh Mpu Sindok.

(Bersambung bagian 2 …)

Kronik Kali Opak, dalam Romantisme, Manajemen Air dan Gempa (2)
Candi Kalasan, Wujud Toleransi Masa Mataram Kuno
Candi Sambisari, Jejak Peradaban yang Terkubur
Candi Sari, Biara Pendeta Buddha
Candi Ijo, Kemegahan Peradaban dalam Eksotisme Bentang Alam

Terkait

Terkini